Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Aku Cakar Harimau

21 Maret 2019   16:49 Diperbarui: 22 Maret 2019   08:00 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Aku cakar harimau, mengaku cakar ayam. Mencari mangsa besar mau. Cakar mau mengais cacing tanah. Apakah retakku hina, atau sebab malas yang menggila?

Kutahu inginku kuat. Waktu sempat. Jalan-jalan pada titik yang tepat. Sebab apa kerdil nyali. Dibalut nafsu selimut. Lampu pijar lima watt. Aku menggambar mimpi di langit kamar, sebelum redup, ruh minggat.

Terlalu lama bercinta dengan khayal. Sempatku mengulir air ludah. Perahu berlayar sudah. Nafsuku punah.

Aku cakar harimau, mau kucakarayam mauku tak mampu menjadi sekadar bau.

Ujungakar 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun