Setelah fajar kutemukan wajah berminyak di antara nasi goreng, telor orak-arik, susu hangat, dan sisa mimpi semalam, membekaskan liur, Â air menyela antara jenuh, juga cahaya itu harus digapai.
Ada celoteh peer, seragam belum diseterika, jerat-jerit melebihi lonceng, pekerjaan kantor seakan dengung laron memenuh kepala.
Panik, terburu, terkadang jenuh oleh kesibukan, seperti memilih antara empuk kasur dan laju motor.
Inilah kehidupan, kesibukan, perjuangan, yang hidup, yang sibuk, yang berjuang, terlalu jenuh, sama saja tulang-tulang berpulang, berkalang, merasa tiada, tetap ada.
Selalu saja pikirkan yang baru agar tak jenuh, meski lama mengumpan jaman, dalam kepala ada yang baru, selalu baru.
022019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H