Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bagaimanapun Cinta Tak Bisa Bertepuk Sebelah Kaki

19 Februari 2019   00:27 Diperbarui: 19 Februari 2019   01:13 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku adalah pecundang dari kumpulannya terbuang. Aku teringat perkataan lelaki itu, yang selalu mengepit sebatang sigaret di sela jemarinya.

Dia benar. Aku pecundang. Aku hanya pungguk merindukan bulan. Bagaimana mungkin hubungan yang kami rawat hampir tiga ratus hari, aku tak memiliki kesempatan berdua. Mengadukan cintaku kepadanya.

Aku bisa saja memerintahnya macam-macam. Tubuhnya bisa kukendalikan, tapi hatinya tidak.

Pernah sekali saat menunggu sunset, aku mengajaknya berbincang. "Salsa, aku ingin berbicara denganmu."

"Tentang apa? Sekarang kau sedang berbicara kepadaku, kan?" Dia memunggungi aku. Berlipstik sambil memain-mainkan bibir. "Kenapa kau menatapku begitu?"

"Aku, aku, aku..." Seketika dua kepala mungil muncul di belakangku.

"Om, beli koran, Om. Murah, kok! Masih hangat, baru keluar dari oven.'

Perempuan itu tertawa. Aku kehilangan kata-kata. Rahangku mengeras. Aku juga tertawa, dengan amat kesal.

"Hari.ini kita mau ke mana?" Dia bergelayut manja di bahuku.

"Rumah kosong!"

"Kalau aku sih takut. Kalau kamu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun