Mohon tunggu...
Muhammad Rifan Prianto
Muhammad Rifan Prianto Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia

Muhammad Rifan Prianto, lahir di Jakarta. Penulis yang baru merintis karirnya di atas pena. Aktif bergiat di Arena Studi Apresiasi Sastra. Menulis puisi, cerpen, dan esai. Beberapa tulisannya telah dimuat di media digital.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Menilik Seutas Benang Merah antara Puisi Subagio Sastrowardoyo dan Lagu Elton John

27 September 2024   10:22 Diperbarui: 27 September 2024   10:24 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Cerpen berjudul The Rocket Man sendiri berkisah tentang seorang pilot angkasa yang dijuluki sebagai "Rocket Man". Narator dalam cerita ini ialah anak dari Rocket Man. Rocket Man sering bercerita tentang bagaimana ia rindu ketika sedang bekerja di luar angkasa. Namun, ia merindukan luar angkasa ketika sedang berada di rumah.

             Lagu Rocket Man sebagaimana asal inspirasi teksnya, juga menghadirkan kerinduan, kesendirian, dan kesepian yang mendalam. Bahkan, di penggalan lirik And all this science I don't understand (Dan semua ilmu ini aku tidak mengerti) menunjukkan adanya keputusasaan dalam konteks intelektual dan perasaan. 


Di Balik Seutas Benang Merah

            Bila kita berpegang pada ucapan Riffatere, bahwa karya sastra dapat mengekspresikan konsep-konsep dan hal-hal melalui ketidakberlangsungan ekspresi. Atau meminjam istilah Sapardi Djoko Damono, Bilang begini maksudnya begitu. Dengan demikian, kita perlu melihat kembali kemungkinan penafsiran secara implisit dalam dua karya tersebut. Pada pengertian ini, kita dapat mengenal istilah hermeneutik.

            Kita berangkat pada puisi Subagio terlebih dahulu. A. Teeuw pernah berkata bahwa karya-karya Subagio memang terkenal dengan gaya bahasa yang sederhana, tetapi memiliki makna yang luas. Dengan kelihaian Subagio, sebuah diksi yang sederhana akan memiliki pemaknaan yang luas, dan bahkan terkadang tidak tertebak akan menjadi seperti demikian artinya. Maka demikian, saya perlu mendalami dan lebih cermat dalam penafsiran Manusia Pertama di Angkasa Luar.

            Saya kira, dalam puisi ini ada kemungkinan aku lirik berada pada ambang kematian. Bahwa aku telah sampai pada tepi/Darimana aku tak mungkin lagi kembali/Aku kini melayang di tengah ruang/Di mana tak berpisah malam dan siang. Kematian memiliki keidentikan dengan ruang yang tak memiliki sekat, di mana kita melayang-layang dan menanti hari pengadilan tiba. Bila kita perhatikan kembali penggalan larik tersebut, adanya kemungkinan penyair membicarakan kematian yang telah tiba. Kematian yang telah merenggut aku larik ke sebuah ruang tak bersekat. Kemudian, larik selanjutnya menggambarkan tentang kerinduan yang telah kita bicarakan sebelumnya, dan di dekat akhir bait pertama pada larik /Tetapi aku telah sampai pada tepi/Darimana aku tak mungkin lagi kembali/ menguatkan isi puisi bercerita tentang kematian.

            Berbeda dengan Manusia Pertama di Angkasa Luar, makna lagu Rocket Man memiliki interpretasi sentimentil dari penyanyinya. Kita bisa mengatakannya juga sebagai makna personal. Elton secara terbuka mengungkapkan bahwa lagu tersebut merupakan sisi lain dari dirinya. Elton memetaforakan isi lagu tersebut dengan kehidupannya yang hingar-bingar, namun tetap merasa kesepian. Ia merasa bahwa menjadi bintang rock merupakan hal biasa dalam kacamata dirinya. Hal ini serupa dengan apa yang dipandang masyarakat awam dengan pekerjaan astronaut yang menganggap bahwa pekerjaan tersebut keren dan luar biasa. Padahal, sang astronaut sering merasa kesepian ketika sedang melayang-layang di luar angkasa.

Menyimpulkan Seutas Benang Merah

Pada akhirnya, kita kembali dengan penafsiran masing-masing. Tidak ada yang salah dalam penafsiran. Sebab, seperti luar angkasa, penafsiran dapat melayang-layang bebas tak terbatas--asal dapat dipertanggungjawabkan.

Mengenai dua karya sebelumnya, secara jujur saya senang karena tidak sengaja menemukan keterikatan yang ada pada isi dua karya tersebut. Dengan demikian, karya sastra atau karya seni dapat menopang satu sama lain. Mengisi serta berdiri sejajar, dan terlebih pentingnya, menyusun mosaik-mosaik tersebut dengan anggun. Sekian.

Penulis: Muhammad Rifan Prianto

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun