Membaca merupakan jendela dunia, dengan membaca kita dapat mengetahui segala sesuatu di dunia ini, yang belum pernah kita ketahui. Bahkan dalam islam, membaca merupakan perintah pertama yang diturunkan Allah kepada manusia dalam surat Al-Alaq ayat 1-5, yang berbunyi : “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajarkan (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. “ (QS. Al-Alaq : 1-5). Hal tersebut membuktikan bahwa membaca merupakan kegiatan yang sangat fundamental, karena membaca memiiki banyak manfaat diantaranya : merangsang atau memberi stimulus pada otak, menambah pengetahuan, mencegah penyakit Alzheimer yang ditandai dengan melemahnya daya ingat, sebagai sarana hiburan dan inspirasi, mengurangi stress, meningkatkan daya ingat. Tapi di era globalisasi saat ini, kondisi minat baca bangsa Indonesia sangat memprihatikan. Berdasarkan studi“Most Littered Nation In the Word“ yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Menurut beberapa penelitian yang dilakukan oleh UNNESCO ataupun OECD (Organization for Economic Cooperation and Development), menyimpulkan bahwa nilai indeks membaca masyarakat Indonesia berada pada posisi terbawah dari sekitar 52 negara yang berada di Asia Timur. Sedangkan hasil penelitian menurut UNNESCO menyimpulkan bahwa dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang memiliki minat baca. Kalau diukur dalam bentuk angka nilai Indeks minat baca masyarakat Indonesia sekitar 0,001.
Maka dari itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan minat baca di Indonesia, diantaranya dengan Perpustakaan Digital atau Virtual Library. Menurut Wikipedia, perpustakaan digital adalah perpustakaan yang mempunyai koleksi buku sebagian besar dalam bentuk format digital yang dapat diakses dengan komputer malalui internet. Perpustakaan digital merupakan cara paling efektif untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia, karena pengguna Internet di Indonesia sangat besar. Menurut KOMINFO pengguna internet di Indonesia menduduki posisi ke-6 dunia, serta pengguna Internet mencapai 88,1 juta jiwa pada tahun 2015, ada peningkatan 34,9% dari tahun sebelumnya yang mencapai 83,7 juta jiwa.
Adapun beberapa keuntungan perpustakaan digital dari pada konvensional perpustakaan adalah efesiensi waktu, lebih mudah diakses oleh banyak orang dimanapun dan kapanpun, lebih murah, tidak memerlukan biaya perawatan buku, koleksi dapat berupa multimedia, multiple akses, tidak memerlukan ruangan, dapat menjangkau banyak orang, menyediakan sumber buku yang lebih beragam. Tapi perpustakaan digital juga mempunyai kendala diantaranya : kurangnya teknologi, kecepatan akses internet yang lama dibandingkan dengan Negara lain, hanya dapat dijangkau secara online. Maka dari itu, perlunya berbagai pihak untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, bukan hanya pemerintah yang harus menyediakan sarana prasarana untuk perpustakaan digital tapi juga seluruh elemen masyarakat. Diharapkan melalui perpustakaan digital dapat membuat gairah anak bangsa untuk lebih menyukai budaya membaca dan dapat menanamkan membaca sebagai sebuah kebiasaan di era globalisasi saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H