Mohon tunggu...
Rifangga Alfarezi
Rifangga Alfarezi Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Hallo, nama saya Rifangga Alfarezi, lahir di Brebes tanggal 2 Juli 2004, dan sekarang tinggal di Jakarta Selatan, tepatnya di Setiabudi. Saya memiliki hobi membaca buku tentang filsafat, motivasi, konspirasi, dan novel. Saya juga memiliki ketertarikan untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan masalah pikiran atau tentang mental seseorang, saya juga suka mendengarkan orang bercerita kepada saya, dan sebaliknya saya juga suka bercerita kepada seseorang. Saya juga menyukai beberapa video game yang saya mainkan saat sedang jenuh. Konten yang membuat saya tertarik adalah tentang filsafat, konspirasi, dan motivasi yang membangun, karena konten-konten tersebut menantang untuk didiskusikan bersama teman-teman. Saya mempunyai kepribadian yang bisa dibilang menyesuaikan keadaan, jika saya berada di keramaian biasanya saya akan menyesuaikan keadaan tersebut, dan jika saya berada di kesendirian, hal yang sering saya lakukan belakangan ini adalah membaca buku dan menulis di sebuah buku kecil yang saya bawa kemana-mana. Saya memiliki tujuan hidup yaitu ibadah dan mendapatkan ridho dari Allah SAW. dan membantu banyak orang. Saya memiliki mindset bahwa hidup harus terus berkembang setiap harinya, walaupun hal kecil sekalipun, karena ibaratnya seperti pohon, jika pohon itu berhenti bertumbuh, berarti pohon itu mati, sedangkan jika pohon itu bertumbuh setiap harinya, maka pohon itu hidup, sama halnya seperti manusia, jika manusia berhenti berkembang dalam artian pemikiran, ilmu, dan hal yang positif lainya, maka manusia itu mati, dan jika manusia itu berkembang walaupun sekecil apapun, manusia itu terbilang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film: Si Jago Merah

11 Maret 2023   22:19 Diperbarui: 11 Maret 2023   22:23 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Ada 4 orang mahasiswa dari sebuah kampus ternama di Jakarta, mereka tidak saling mengenal satu sama lain. Mereka semua adalah keturunan dari keluarga yang terbilang mampu, dan termasuk golongan menengah keatas. Mereka adalah Gito, Rojak, Coro, dan Rifai. Mereka semua senang berfoya-foya dan menghamburkan uang untuk hal yang tidak penting. Sampai pada suatu ketika, mereka dipanggil oleh dosen karena menunggak uang kuliah.

Disitulah mereka berkenalan, dan kemudian mereka dikabari oleh orang tua masing-masing bahwa orang tua mereka telah bangkrut. Mereka pun kebingungan untuk mendapatkan uang agar biaya kuliah mereka terbayarkan. Mereka menjual semua aset yang dimiliki hanya untuk menutupi biaya tersebut. Tetapi, mereka semua sepakat untuk tinggal bersama disebuah rumah kontrakan, dan memilih untuk bekerja.

Sudah berkali-kali mereka melamar kerja, sudah berkali-kali pula mereka berpindah tempat bekerja, sampai akhirnya mereka berempat sepakat untuk mendaftarkan diri ke Dinas Pemadam Kebakaran. Mereka semua ditolak, dengan alasan masih mahasiswa. Dengan perasaan marah dan kesal, mereka keluar meninggalkan ruangan. Saat mereka keluar, mereka melihat salah seorang staf yang sedang membenahi mobil pemadam kebakaran. Rojak pun berinisiatif untuk membantu staf tersebut. Tetapi staf tersebut bilang bahwa mobil tersebut tidak bisa dinyalakan lagi, tetapi si Rojak tetap memaksa, dan akhirnya mobil itu pun menyala. Aksi mereka dilihat oleh komandan pemadam kebakaran tersebut, dan beruntungnya mereka diterima di dinas pemadam kebakaran tersebut tanpa syarat.

Mereka mengikuti latihan dengan serius dan sungguh-sungguh sampai akhirnya mereka dilantik menjadi karyawan di dinas tersebut. Setelah diterima, mereka berempat sering ditugaskan bukan untuk kebakaran, dan hal itu tidak diinginkan oleh mereka. Mereka berharap agar ditugaskan untuk memadamkan kebakaran, bahkan mereka ingin memadamkan api yang sangat besar. 

Sampai suatu ketika mereka sedang beristirahat di bawah pohon, komandan mereka menelfon karena ada kebakaran besar, tetapi mereka tidak merespon karena menganggap bahwa itu adalah tugas yang biasa saja. Ternyata mereka salah, ternyata itu adalah kasus kebakaran yang sangat besar. Sampai kepala markas yang menjadi korbannya. Mereka dikucilkan di kantor dan dijadikan pesuruh. Masing-masing dari mereka juga berpecah karena saling kesal satu sama lain, tidak peduli, dan sibuk pada dunianya masing-masing.

Suatu ketika terjadi kembali kebakaran yang sangat besar, mereka berempat mengetahui berita tersebut dari berita yang dilihatnya masing-masing. Mereka pun bergegas kembali ke markas, sampai akhirnya mereka bertemu kembali satu sama lain dan bertekad untuk sungguh-sungguh. Sesampainya di tempat kejadian, ternyata dedikasi mereka di lokasi sangat besar dan dipandang oleh pemerintah setempat. Sampai pada suatu ketika, mereka dinobatkan sebagai karyawan terbaik di markas tersebut. Uang kuliah mereka juga terbayarkan secara gratis karena dedikasinya, dan persahabatan mereka kembali seperti semula. 

Demikian review film Si Jago Merah, hal positif yang bisa saya ambil dari film ini adalah jangan pernah kalian menyia-nyiakan kesempatan kalian, karena kita tidak tahu, kesempatan mana yang akan mengubah hidup kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun