Mohon tunggu...
Achmad Arifan At
Achmad Arifan At Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa Universitas Airlangga program studi Ilmu Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Langkah Awal menuju kedamaian pencak silat

25 Desember 2024   01:30 Diperbarui: 25 Desember 2024   01:26 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan ras mempunyai seni bela diri tradisional yang khas dan menjadi bagian penting dari kebudayaan, yaitu Pencak Silat. sebenarnya pencak silat digunakan suku asli Indonesia untuk berburu dan bertahan hidup di alam, lalu seiring berjalannya waktu mulai dikembangkan menjadi  suatu bentuk gerakan yang melibatkan pukulan, tendangan, serta teknik-teknik lainnya . Di masa sekarang. Indonesia mempunyai berbagai macam  aliran dan perguruan pencak silat. Kemudian perguruan-perguruan tersebut dinaungi oleh organisasi induk pencak silat resmi Indonesia, yaitu IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Pada  dasarnya pencak silat merupakan seni beladiri yang menjadi suatu kebudayaan di Indonesia yang harus dilestarikan.

Namun beberapa tahun terakhir, banyak sekali peristiwa kekerasan yang dilakukan oleh oknum anggota pencak silat. Tindakan-tindakan kekerasan ini seringkali memunculkan stigma negatif terhadap perguruan silat, menganggapnya sebagai penyebab ketidakamanan dan kerusuhan. Perilaku tersebut tidak hanya mengganggu ketertiban masyarakat, tetapi juga mencoreng citra Pencak Silat itu sendiri. Hal semacam ini bukan terjadi sekali dua kali di beberapa daerah, namun sudah menjadi langganan judul berita yang menghiasi negeri ini. Tindakan -tindakan yang terjadi, seperti konvoi, pengeroyokan, dan kekerasan tentunya membuat Masyarakat merasa resah dan terganggu. Saya sebagai Masyarakat indonesia, sangat prihatin dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini. Tindakan-tindakan yang mereka lakukan, pada dasarnya, tidak memberikan manfaat baik bagi mereka sendiri, masyarakat, maupun perguruan mereka, bahkan cenderung merusak citra perguruan silat itu sendiri.

Fenomena ini menyoroti pentingnya kedewasaan dan pengendalian diri dalam mengikuti perguruan pencak silat. Beberapa perguruan silat, terutama di kalangan mahasiswa di universitas-universitas di Indonesia, menunjukkan bahwa keberagaman aliran silat tidak menghalangi terciptanya suasana damai. Para mahasiswa ini memahami bahwa tujuan utama mengikuti Pencak Silat adalah untuk menjaga diri, berolahraga, dan melestarikan kebudayaan, bukan untuk menunjukkan kekuatan atau meraih status tertinggi. Oleh karena itu, penting dilakukannya edukasi bagi yang bersangkutan mengenai pentingnya kedewasaan dan tanggung jawab dalam bertindak sebagai anggota pencak silat, agar seni bela diri ini tetap menjadi sarana untuk membentuk pribadi yang bijaksana dan suatu kebudayaan, bukan sumber kekerasan. Menurut penulis, kedewasaan, dalam pengertian bisa membedakan yang baik dan yang buruk merupakan syarat utama yang harus dimiliki sebelum seseorang memutuskan untuk mengikuti suatu perguruan pencak silat di Indonesia. Kedewasaan ini sangat penting karena hanya dengan pemahaman yang matang tentang nilai-nilai moral di masyarakat, seseorang mampu menjalani latihan pencak silat dengan bijaksana, tidak tergoda untuk melakukan tindakan kekerasan yang menimbulkan keresahan, dan dapat menghindari perilaku yang merugikan diri sendiri serta masyarakat.

Sebagai Masyarakat indonesia, kami tentu menginginkan pencak silat yang damai, penuh kedamaian, tetap menjaga kedewasaan, dan mampu memberikan rasa aman bagi masyarakat sekitar. Memberikan rasa aman dapat tercipta, cukup dengan cara menghindari tindakan-tindakan anarkis yang dapat mengganggu ketertiban dan kenyamanan warga di sekitar kita. Pencak Silat, dalam pengertiannya yang sejati, bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi tentang pengendalian emosi, rasa tanggung jawab, dan kesadaran spiritual kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendekar yang sejati akan menghargai orang lain, tidak menciptakan kekacauan, dan tetap menjaga harga diri serta martabat perguruan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun