Kalimat selanjutnya yaitu omongan-omongan manis yang mungkin sering sekali berhasil membuat Anda melayang-layang, yaitu "Sayang, aku sangat mencintaimu, aku tidak bisa hidup tanpa dirimu".
SATU TAHUN KEMUDIAN...si pengucap omongan itu masih sehat wal afiat setelah meninggalkanmu. Sedih bukan? Ya. Jadi, berhati-hatilah dengan orang yang tidak bisa memegang omongan.
Makna lain dari frasa memegang omongan tidak terpatri pada makna menepati/melaksanakan sebuah perkataan;percakapan; dan pembicaraan saja, tetapi lebih kepada konsistensi dan tanggung jawab seseorang terhadap perkataannya.
Kita sebagai pengguna bahasa sejak lahir yang sudah terdidik oleh bahasa ibu, lalu mengenal bahasa kedua melalui sekolah seharusnya membuat kita terkonsepsi pada kekonsistensian dan tanggung jawab terhadap perkataan yang kita ucapkan, baik melalui lisan maupun tulisan.
Makna memegang omongan ini sebenarnya sangat mendalam, tidak hanya sekadar ucapan belaka tanpa mengetahui maknanya. Makna memegang omongan lebih tepatnya mengarah kepada sebuah kejujuran, kekonsistenan, dan tanggung jawab seseorang.
Jadi, korelasi dari pemaknaan frasa memegang omongan sangat bermakna pada jati diri si pengguna bahasa. Jika, si pengguna bahasa tersebut mendalami makna memegang omongan, maka di situlah kejujuran, kekonsistenan, dan tanggung jawab menyertai. Jadi, tepatilah omongan-omongan yang diucapkan Anda dan telah dipegang oleh mitra tutur Anda.
Berbahasa juga mengajarkan kita untuk menjunjung tinggi pada kejujuran, kekonsistenan, dan tanggung jawab.
(1) jujur terhadap bahasa yang Anda gunakan bahwa bahasa dan kata-kata Anda benar apa adanya.
(2) konsisten terhadap penggunaan bahasa yang tepat, baik, dan benar sesuai dengan kondisinya.
(3) tanggung jawab terhadap konsekuensi kesalahan berbahasa, penyalahgunaan bahasa sebagai identitas negara dan jati diri suatu bangsa.
Semoga bermanfaat dan selalu utamakan bahasa Indonesia.