Ramadan merupakan bulan kesembilan tahun Hijriah yang terdiri dari 29 atau 30 hari. Pada bulan ini umat Islam terutama yang sudah akil balig diwajibkan untuk berpuasa. Biasanya setiap menjelang bulan Ramadan atau sering disebut dengan bulan puasa, para umat islam di penjuru dunia banyak melakukan tradisi dalam rangka menyambutnya.
BulanBanyak tradisi yang dilakukan masyarakat umat Islam dalam menyambut bulan Ramadan, salah satunya yaitu ruahan atau orang tua kita dahulu biasa menyebutnya dengan kata roaan. Tentunya kita tidak asing lagi mendengar kata roaan, rauhahan, dan rohaan. Sebagian masyarakat masih mengenal tradisi dan kata tersebut sebagai ciri khas dalam menyambut bulan Ramadan.
Kita sering mendengar dan mengetahuinya. Namun, kita tidak mengetahui esensi dari tradisi ruahan ini, yang kita ketahui ruahan ini adalah kumpul keluarga dengan maksud meminta maaf sebelum bulan puasa, ziarah kepada keluarga yang telah meninggal, atau menyambangi orang-orang dahulu kita pernah merasa berbuat salah. Banyak sekali makna dari tradisi ini.
Kata ruahan atau ruwahan merupakan tradisi yang berasal dari Jawa yaitu ruwahan. Kata ruwahan sendiri merupakan kata turunan dari kata ruwah yang memiliki arti kata arwah. Menurut Pratiwi (2018:209) tradisi ini adalah acara ritual sebagai sarana pengirim doa untuk arwah leluhur dan para pendahulu sebagai sarana permintaan pengampunan dosa untuk para leluhur.
Kata ruwahan secara turun-menurun selalu digunakan setiap menjelang Ramadan dan banyak tranformasi makna dari kata tersebut. Oleh karena itu, kata ruwahan diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi ruahan. Penyerapan kata asli ke dalam serapan bahasa Indonesia mengubah unsur bunyi konsonan /w/ ke bunyi vokal /a/.
Penyerapan kata dengan pengubahan unsur bunyi /w/ ke bunyi /a/, sebab bunyi konsonan /w/ memiliki satu alofon, yaitu [w]. Bunyi /w/ jika diletakkan pada awal suku kata akan berfungsi sebagai konsonan. Namun, apabila diletakkan di akhir suku kata akan berfungsi sebagai diftong. Bunyi /uw/ dari kata ruwahan akan betransformasi menjadi bunyi /ua/ sehingga membentuk kata ruah+an = ruahan.
Perubahan kata ruwahan menjadi ruahan sebagai bentuk pembakuan bahasa Indonesia. Lembaga penelitian dan pengembangan bahasa Indonesia mengambil titik tengah untuk pembakuan kata ruwahan. Sebab, banyak bermunculan ketidakbakuan dari kata tersebut seperti kata roaan, rauhahan, rauhaan, dan rohaan.
Dengan demikian, setelah melalui proses penyerapan bahasa sehingga telah membentuk kata baku bahasa Indonesia yaitu ruahan. Kata ruahan merupakan kata turunan dari kata ruah yang berarti meruah dan bermakna memanggil (dari jauh); menyeru, mencurah; dan melimpah ruah. Oleh karena itu, kata ruahan memiliki tendensi yang melekat di dalam kebudayan atau ketradisian masyarakat Indonesia dalam menyambut bulan Ramadan.
Referensi:
Maulani, Y. (2020). Nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi ruwahan di Dusun Tepus Wetan Desa Surodadi Kecamatam Candimulyo Kabupaten Magelang. Skripsi: Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Hal. 1-93.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H