Orang tua sosok yang seharusnya anak hormati dan wajib berbakti kepadanya. Orang tua mana yang tidak menginginkan anaknya berbakti dan menjadi apa yang orang tua inginkan. Mendidik seorang anak pun sesuatu hal yang lumrah dan wajib bagi orang tua, agar sang anak terdidik dengan baik.
Mendidik anak suatu perihal yang susah-susah mudah, karena setiap anak memiliki sifat dan karakternya masing-masing. Didiklah anak sesuai perkembangan zamannya. Dididik dengan arahan yang tidak mengekang dan tidak terlalu bebas juga.
Hal tersebut adalah kewajiban orang tua, untuk melakukan perintah demi perintah, arahan demi arahan, didikan demi didikan, bahkan larangan pun dilontarkan oleh orang tua kepada anak, agar sang anak tidak salah jalan. Lalu, pernahkah kalian melihat atau mendengar kejadian, bahwa sesuatu yang dilarang, justru dilakukan. Hal ini terutama sering terjadi dalam masyarakat di Indonesia.
Pada saat anak-anak, orang tua sering kali menggertak anak dengan kata "jangan!", contoh saja "jangan kamu lakukan itu, jangan kamu lakukan ini, jangan begitu, jangan begini, jangan dan jangan," hal ini akan berdampak pada psikologi anak pada kemudian harinya, ketika sudah beranjak dewasa.
Didiklah anak sesuai apa yang ia inginkan, selama yang dilakukan anak masih positif. Bagaimana ketika anak bertindak hal yang negatif? Contoh saja berkelahi. Hal yang dilakukan oleh orang tua janganlah berkata "jangan" padanya. Konotasi kata "jangan" merupakan kata pelarangan dengan makna intonasi tinggi.
Ditambah dengan nada yang tinggi juga dan tidak diberi tahu kenapa "jangan", gunakanlah pengganti kata yang lebih lembut didengar anak, seperti "tidak boleh, ya Nak, nanti teman kamu itu nangis, kesakitan kalau berkelahi" berilah nasihat kepada anak, tanya padanya kenapa ia melakukan itu, dan lakukan hal-hal lain agar sang anak tidak ketakutan.
Salah satu yang akan terjadi kepada anak ketika sering dapat perilaku atau tindakan "jangan", pertama sang anak tidak akan berkembang sesuai kemampuannya, karena selalu tertahan dengan kata "jangan". Ketika anak ingin mencoba sesuatu sesuai kemampuannya, sesuai bakatnya, tetapi tertahan dengan perkataan orang tua, yang berkata "jangan". Maka, tidak akan berkembang kemampuan sang anak.
Kata "jangan" yang digunakan untuk anak-anak, akan berdampak pada kemudian hari.
Pada saat anak sudah mulai beranjak dewasa, ia akan mulai mencari jadi dirinya sendiri. Ia akan mulai mencoba sesuatu dari kata "jangan" itu. Anak akan merasa penasaran dengan kata "jangan" itu, ada apa dengan kata "jangan" ini, sehingga sewaktu kecil ia tidak boleh melakukannya. Pada saat dewasa ia akan melakukannya, justru ini akan berbahaya ke depannya.
Anak yang lemah, pemalu, dan yang kurang memiliki kemampuan disebabkan oleh banyaknya pelarangan kata "jangan"pada saat masih anak-anak. Anak akan berpikir bahwa ketika ia melakukan A jangan kata orang tuanya, ketika melakukan B jangan juga kata orang tuanya. Seharusnya sang anak sudah mengembangkan kemampuannya, karena kata "jangan" jadi hilanglah kemampuannya.
Orang tua tidak ada salahnya melarang anak, ketika anaknya akan melakukan sesuatu yang salah, tetapi tidak diperkenankan menggunakan kata "jangan" tanpa keterangan yang menyertainya. Karena anak tidak akan tahu, alasan kenapa ia dilarang oleh orang tuanya, yang anak tahu hanyalah kata "jangan".
Kebanyakan yang dilakukan oleh orang tua, hanyalah melarang dengan kata "jangan" tanpa memberi tahu alasannya, kalau ia dilarang karena akan berdampak A, B, atau C. Ingin memiliki anak yang cekatan? Anak yang memiliki kemampuan? Ingin anak berbakat? Ingin anak berwawasan luas?