Lulus SMA, langsung kerja apa kuliah? Itulah pertanyaan yang sangat sering dilontarkan oleh orang-orang terdekat kita. Setelah lulus SMA, jalan menuju masa depan ada pilihan kita. Memilih kuliah atau kerja.
Apabila jalan yang kita pilih adalah kuliah. Karena kita memiliki alasan, bahwa kalau kuliah kita akan mendapat gelar lebih tinggi daripada lulusan SMA. Lalu, apalah arti sebuah sarjana, kalau tujuan kita kuliah hanya mengincar gelar.
Setiap lulusan sarjana, akan mendapatkan gelar sesuai akademiknya. Seorang yang kuliah, diharapkan menjadi mahasiswa yang dapat mengubah bangsa menjadi lebih baik. Namun, pengharapan itu terkadang tidak sejalan dengan kenyataan yang ada.
Baca juga : Padat Karya, Strategi Menjawab Persoalan Ketenagakerjaan
Hal ini dibuktikan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Pada tahun 2019, BPS merilis kondisi ketenagakerjaan Indonesia pada Februari 2019. Data menunjukkan angka pengangguran turun menjadi 5,01 persen atau berkurang 50 ribu orang selama satu tahun terakhir.
Tingkat penggangguran terbuka (TPT) per Februari 2019 berjumlah 6,82 juta orang. Di tengah-tengah data angka pengangguran menurun, tetapi apabila dilihat dari tingkat pendidikannya lulusan diploma dan universitas makin banyak yang tidak bekerja.
Maka dari itu, hal ini dapat dikatakan, bahwa lulusan sarjana lebih banyak tingkat pengangguran. Kenapa hal ini terjadi? Banyaknya angka pengangguran yang bersumber dari lulusan sarjana, disebabkan tingginya permintaan lulusan sarjana untuk kerja di tempat yang diinginkan. Namun, kemampuan dan kompetensinya kurang.
Baca juga : Tingkat Pengangguran yang Semakin Tinggi di Masa Pandemi
Ada faktor lain, yaitu disebabkan oleh keinginan yang tinggi untuk mendapatkan gaji, tetapi tidak sesuai dengan kualifikasi. Para lulusan baru beranggapan bahwa, "Saya lulusan Universitas ternama, masa bekerja sebagai ini, masa gajinya segini." Hal inilah, yang menjadi sebab meningginya pengangguran di kelas sarjana.
Berbeda dengan lulusan SMA atau SMK yang langsung mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Karena mereka beranggapan yang penting bekerja, setelah sudah mendapatkan pekerjaan, apabila ingin kuliah, sambil kuliah, dan apabila tidak, ya hanya bekerja saja. Inilah sebuah prinsip untuk tidak gengsi.
Lalu, selama berkuliah, apa saja yang dilakukan? Sungguh-sungguh dan benar-benar kuliah atau main-main dan hanya yang penting mendapatkan gelar sarjana saja? Inilah bisa menjadikan penyebab menentukan pilihan kita ke depannya.
Jalan hidup setiap orang memang sudah diatur oleh Tuhan, tetapi apabila tidak ada usaha, bagaimana bisa kita mencapai tujuan kita. Seperti yang difirmankan oleh Allah SWT. "Allah tidak akan mengubah suatu kaum, kalau kaum itu sendiri yang tidak mengubahnya (Q.S Ar-Ra'd:11)."
Maka dari itu, usaha dan doa harus sejalan dalam menempuh tujuan dan pencapaian. Oleh karena itu, kuliahlah yang sungguh-sungguh, dengan tujuan yang jelas, tidak hanya untuk mendapatkan gelar semata. Tidak ada artinya, kalau gelar diperoleh hanya gelar kosong.
Kebanyakan di antara masyarakat Indonesia, adanya sebuah gelar di belakang nama, menjadi sebuah kehormatan. Namun, apakah gelar yang didapatkan bisa bermanfaat untuk orang banyak? Untuk orang-orang di sekeliling kita?
Baca juga : Pemotongan Gaji dan PHK pada Karyawan Pabrik di Saat Pandemi
Apalagi dalam keadaan seperti ini, adanya pandemi covid-19 mengakibatkan banyaknya PHK dan meningkatnya pengangguran. Ditambah lagi dengan banyaknya lulusan baru sebanyak 2 juta lebih yang harus membutukan pekerjaan.
Maka dari itu, jadilah sarjana yang benar-benar sarjana. Artinya, seorang sarjana yang memiliki kompetitif, keterampilan dan kemampuan yang dapat bersaing di dunia kerja, agar dapat menekan tingkat pengangguran di kalangan sarjana.