tulisan ini merupakan opini saya yang pernah terpublish di platform jasa pelayanan hukum rewang rencang, tepatnya pada situs rewangrencang.co.id pada tanggal 17 Agustus lalu, tepat pada momen renungan terhadap deklarasi pembebasan atas tindakan penjajahan.
Zaman Now menjadi momok baru masyarakat millenial hingga masyarakat pengguna asuransi prudential guna menyemarkan makna kemerdekaan.
kemerdekaan dianggap sebagai konsep yang berelasi dengan kebebasan secara subtansial. Yaitu kebebasan dalam agama, ras, dan suku tanpa mengalami degradasi terhadap masing-masing komponen didalamnya. Termasuk komponen nasionalisme sebagai salah satu unsur yang mencerminkan kecintaan individu terhadap makna kemerdekaan.
Sangat munyak ketika membahas etika kesadaran masyarakat mengenai pemaknaan dalam nasionalisme dan kemerdekaan yang seharusnya dapat menjadi suatu pondasi untuk memperkuat ideologi pancasila dan bhineka tunggal Ika yang ada di tengah masyarakat sehingga dapat mencegah lahirnya faham intolerir yang berpotensi mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Alhasil bahasa yang amat berat dan ogah tuk dipahami di 2 paragraf diatas, serta keterbatasan untuk menyikapi prestasi secara kumulatif terhadap negara demikian mengubah makna kemerdekaan sebagai ajang selebrasi masal melalui mediasocial.
Yang mana oleh para kaum sekte zaman now menanggapi kenasionalismeannya dengan memberikan komentar serta gambar elok ala kemerdekaan yang terus direpost dengan komentar-komentar berjiwa #gantipresidenatau2periode.
Padahal teks Soeharto yang sudah 10 tahun tidak pernah berubah dalam situs Wikipedia berpendapat bahwa nasionalisme bukan hanya merupakan ajang untuk menunjukan cinta kepada bangsa sendiri tapi juga merupakan ajang untuk menunjukan cinta terhadap manusia sehingga dapat menciptakan persatuan dan integritas.
Dan kejiwaan masyarakat millennial dalam hemat tim penulis dapat pula berupa pengamanan orisinalitas teks-teks para founding fathers yang memenuhi Clawlers seperti google, yahoo, memex, dan sejenisnya.
Lalu, kemana sisa masyarakat zaman now yang berciri khas dengan digitalisasinya. Ya.. mungkin sisanya hanya mereka yang terbayar atau dibayar sebagai bot elektrik untuk memenangkan polling-polling suara calon politis yang dilakukan oleh akun influencer.
Atau menyemarakkan tendensi kolom komentar kinerja pejabat pemerintah sebagai sosok holligans yang socio-nasionalis, masyarakat anarkis, konsumen media yang narsis, serta politikus muda yang oportunis.
Akhir kata, suatu kemerdekaan merupakan hal yang wajar untuk diselebrasikan secara masal, baik melalui media social maupun tidak. Namun cerminkan pula kemerdekaan dengan prinsip nasionalis yang kompromis, tanpa unsur anarkis selama 365 hari hingga 1 7 Agustus menyapa lagi pembaca atau penulis.