wahai, Ibu
ratu ruang belakang
debu-debu mengasapi tungku
sekantung selera dalam sebait nujum
kau tabur dalam periuk kasih
menggelegak segala bumbu menyembur lapar di langit kampung
geliat nafsu menggambar angkasa
kau tahu, Ibu
sejumput warna kau tuang di meja
lamur mata taklah menuai kesah
kecuali kisah-kisah keluarga
berlabuh dalam kecipak pengecap
keluarga terekat oleh kejujuran bumbu
di ujung lidah yang tak mungkin didustai kebohongan purba
nujum dan mantra yang lupa
wahai, Ibu
kerinduan itu mengalir di utas rindu
aku selalu tak bisa mengikat kengangan
tentang rasa dari magma yang membuat asa terjaga
di bilik belakang wajahmu memeta
sungguh aku dihukum selera; Ibu
Plg, 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H