Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - Menebus bait

Karyawan swasta dan penulis. Menulis sejak 1989 sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Bilik Belakang

18 Maret 2021   11:33 Diperbarui: 18 Maret 2021   11:34 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

wahai, Ibu
ratu ruang belakang
debu-debu mengasapi tungku
sekantung selera dalam sebait nujum
kau tabur dalam periuk kasih
menggelegak segala bumbu menyembur lapar di langit kampung
geliat nafsu menggambar angkasa

kau tahu, Ibu
sejumput warna kau tuang di meja
lamur mata taklah menuai kesah
kecuali kisah-kisah keluarga
berlabuh dalam kecipak pengecap
keluarga terekat oleh kejujuran bumbu
di ujung lidah yang tak mungkin didustai kebohongan purba
nujum dan mantra yang lupa

wahai, Ibu
kerinduan itu mengalir di utas rindu
aku selalu tak bisa mengikat kengangan
tentang rasa dari magma yang membuat asa terjaga
di bilik belakang wajahmu memeta
sungguh aku dihukum selera; Ibu

Plg, 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun