Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - Menebus bait

Karyawan swasta dan penulis. Menulis sejak 1989 sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan Air Mata

26 Desember 2020   08:44 Diperbarui: 26 Desember 2020   08:53 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Masih belum hujan di sini, kemarau panjang memaku bumi, gonggongan demi gonggongan, pertarungan cemeti, mencabik persaudaraan, betapa gerah, orang-orang menggoreng abu, aku kelilipan pendustaan, begitu banyak luka di dada, sangat parah hujan di mata, tapi masih ada yang tertawa, merasa jumawa melihat nestapa; siapa yang akan dimakan hari ini. Tentu tak ada makan siang gratis. Dan luka semakin nganga, gonggongan semakin nyata. Aku masih menunggu hujan, meski kelak hanya ada hujan air mata, kepedihan murka.

Plg, 1220

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun