Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - Menebus bait

Karyawan swasta dan penulis. Menulis sejak 1989 sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tunggu Antrean

22 Desember 2020   16:15 Diperbarui: 22 Desember 2020   17:21 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sabar menunggu antrian, aroma obat mengabarkan usia, koridor dingin, lalu lalang wajah duka, betapa mahalnya sehat.

Sabar menunggu pesanan, lemak aroma menguar, minyak membaca cita rasa, pinggan menggoda, selera sebatas mata dan tenggorokan, betapa murah sehat.

Sabar menunggu giliran, membuang usia demi sehat, hari-hari mengudap obat, mengumbar sesal.

Sabar sakit ketika sehat melompat, alpa sakit ketika sehat teramat murah.

Sabar menunggu panggilan, wajah-wajah menggambar kesakitan, tapi masih ada secercah harapan, sabar sakit adalah penghapus, sadar salah, syukur sembah.

Plg, 1220

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun