tak pernah terbayang, begitu cepat urat waktu beku, banyak asa yang tergulung hama, haruskah derai hujan di luar sana, aku persembahkan pada masa di rumah, karena semua pasti pernah kalah, tapi banyak yang tetap berjalan, Â guna kaki untuk menempuh, sampai nadir pasti, ketika kau tak bisa lagi meniup mimpi, menerbangkan ke mana hendak.
liihatlah matahari tak pernah cemberut, dia tabah menggiring arah, agar tak buta dan sesat tuju.Â
lihatlah bulan tak hendak mengurung, keindahan tetap dibagi, agar kau bisa menikmati hitam, memapah nelayan pada hitam, sebelum hujan membenamkan.
bicaralah aku kuat, selama syair-syair masih bisa beriak dari liang-liang dalam yang terkadang lupa memiliki jiwa betapa.
0904