Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - Menebus bait

Karyawan swasta dan penulis. Menulis sejak 1989 sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Balada Mak Sayur III

5 Februari 2020   23:25 Diperbarui: 5 Februari 2020   23:41 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan begitu rapat di tingkap gelap. Tubuh tua  merayap. Perhitungan itu amsal sial. Malam ini telah serak suara. Entah besok bisa bicara. Modal di kantong selembar-dua berkaca. Restoran mewah menjura satu juta, terbang. Tiga puluh angka tak ada kerincing uang. Kecuali kaleng seng belajar pulang.

Pupus membunuh tua. Keriput melarat luka. Di mana membasuh rupa. Segala kering. Kecuali air mata.

Besok lusa telah hilang warung. Rata tanah. Sayur, sayur melupa. Ringkih tulang menjeda. Keriput hanya tanda. Tak ada suara. Menukar hidup. Di bawah kamboja lupa penjual sayur. Mari bermimpi di ujung perih, sebelum masa semakin terlatih. Terlupa di ambang angka-angka. Pada rahim dunia menyerpih coba renta.


Ujung gelap, 0522020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun