Mohon tunggu...
Rifa Mulyawan
Rifa Mulyawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Postgraduate student at Universitas Indonesia, majoring communication management. I love traveling and (sometimes) reading, also have been interested in political marketing issues. Now, I am still finding my way to be a hero of my life and my family.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kapan Kawin?

8 Juli 2016   15:31 Diperbarui: 8 Juli 2016   15:41 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Irwin Altman dan Dalmas Taylor (1973) mengatakan bahwa dapat terjadi suatu pola pengembangan hubungan antarmanusia, jika mereka melakukan proses ikatan hubungan yang bergerak dari komunikasi superfisial menuju ke komunikasi yang lebih intim (dekat secara intelektual dan emosional). Hal tersebut yang kemudian disebut teori penetrasi sosial.

Pertanyaan "Kapan kawin?" rasanya merupakan pertanyaan lapisan luar-menuju-dalam yang ditanyakan oleh saudara kita kepada kita. Penghubung antara basa-basi menuju kedekatan. Itu adalah suatu upaya. Hal ini agar obrolan mencapai perkembangan menuju proses pembukaan diri. Karena menurut Altman dan Taylor (1973), hubungan tidak akan bergerak menjadi lebih dekat atau intim kalau tidak ada keterbukaan diri.

Jadi rasanya pertanyaan ini ditanyakan agar tante dan om kita bisa lebih dekat dengan kita, yang sudah lama tidak bertemu, dan bisa membuka menuju obrolan yang lebih luas dan lebih dalam, jika kuncinya terbuka, yakni ada keterbukaan diri kita.

Tapi, mengapa harus "Kapan kawin"?

Dalam teori penetrasi sosial, dicontohkan berbagai topik yg bisa membuka keintiman lebih dalam, antara lain ya memang tentang pendidikan serta tentang pernikahan/kehidupan dengan pasangan.

Masalahnya, kita kerap merasa aneh dengan pertanyaan tersebut, karena hal tersebut bisa jadi menurut kita adalah pertanyaan yang seharusnya bukan ditanyakan oleh om atau tante kita. Kita merasa ada sesuatu yang disebut dengan pelanggaran harapan di situ. Berdasarkan teori pelanggaran harapan (Judee Burgoon, 1978), kita memiliki harapan ketika berinteraksi dengan orang lain, tentang apa yang boleh atau tidak dikatakan/dilakukan orang lain terhadap kita saat berinteraksi tersebut. Contohnya, kalau lagi berbicara sama pacar, dengan jarak intim (maksimal 46 cm di sebelah kita), tentunya kita berharap dia mesra-mesraan atau romantis-romantisan sama kita. Kalau pacar kita ada di sebelah kita dan dia malah bersikap sedang public speaking, nah terjadi pelanggaran harapan di situ, kondisi yang tidak kita harapkan saat berinteraksi.

Kembali ke masalah om dan tante kita, kita merasa pertanyaan "Kapan kawin?" itu adalah sebuah pelanggaran. Karena kita merasa om atau tante kita seharusnya cukup ada di lingkup jarak sosial, bukan jarak personal, walau saat bertanya "Kapan Kawin" mereka sedang berada di zona jarak personal (46 cm - 1,2 m).

Memang tidak ada pertanyaan lain selain "kapan kawin" atau "mana pacarnya"?

Dalam literatur ilmu komunikasi juga ada yg namanya teori akomodatif komunikasi (Howard Giles, 1987), dimana seseorang dalam percakapan memiliki pilihan untuk menyesuaikan diri dengan lawan bicaranya -walau dalam prosesnya kadang terjadi efek berlebihan. Tante dan Om kita -untuk lebih mendekatkan diri dengan kita- mencoba mengakomodasi kita, membangun komunikasi dengan kita, dengan pertanyaan kapan kawin karena mereka pernah mengalami usia seperti kita. Sebagian besar dari mereka, bisa jadi, sudah mempersiapkan pernikahan atau menjadikan pernikahan sebagai salah satu concern saat di usia kita kini. Jadi jika melihat dari teori akomodatif komunikasi, pertanyaan "Kapan kawin?" itu wajar-wajar saja ditanyakan, ketimbang mereka malah bertanya, "Kelas berapa sekarang, dapet ranking berapa di sekolah?" Kepada kita yang umurnya sudah lebih dari 20 tahun.

Nah jadi, lebih baik bersyukur saja ketika kita ditanya "Kapan kawin?", kan, daripada ditanya "Kamu anaknya siapa? Kok ikutan kumpul di acara keluarga ini?"

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun