Mohon tunggu...
Rifal Miftahudin
Rifal Miftahudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Indonesia

Mengkaji Sejarah Lokal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melihat Sejarah Melalui Foto: Fotografi dalam Pembelajaran Sejarah

24 Desember 2024   19:29 Diperbarui: 24 Desember 2024   19:29 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Foto berasal dari bahasa yunani yaitu photos yang artinya cahaya, sehingga foto merupakan cahaya atau citra yang dihasilkan dari cahaya, untuk membuat foto maka diperlukan sebuah kamera, dalam KBBI sendiri foto memiliki dua arti yaitu potret, gambar dan bayangan/pantulan, foto adalah gambar yang dihasilkan dari kamera yang menangkap atau merekam suatu kejadian atau keadaan diwaktu tertentu. Sedangkan pengertian fotografi adalah seni dan menghasilakan gambar dengan media cahaya. Sejarah fotografi sudah ditemukan sejak abad 19 oleh Joseph Nicephore Niepce pada 1826 yang berhasil membuat gambar permanen dengan memproyeksikan cahaya melalui lensa ke permukaan yang dilapisi aspal, proses pembuatannya memakan waktu yang cukup lama. Dalam perkembangannya fotografi telah mencetak foto-foto yang pada masa kini sangat penting sebagai sumber sejarah, adannya foto sejarah dapat memudahkan sejarawan dalam mencari fakta sejarah, karena secara langsung bisa melihat suasana peristiwa yang terjadi.

Dalam pembelajaran sejarah foto merupakan sumber belajar yang bertujuan agar pembelajaran lebih bervariasi dan tidak tebatas pada buku teks saja. Foto juga menjadi sumber yang relevan, sebab posisi pada foto sejarah menempati kedudukan yang tidak kalah peting dari sumber sejarah lainnya, bisa dikatakan jika foto merupakan sumber primer, penggunaan foto merupakan sumber pembelajaran yang akan lebih mendekatkan siswa dengan peristiwa yang telah terjadi dan mampu menumbuhkan kekeritisan dalam berpikir karena peserta didik diajak untuk menganalisis sebuah gambar dari konteks budaya, waktu, dan sosial yang terkandung dalam foto tersebut. Selain itu dapat juga menumbuhkan pertanyaan emansipatoris yang merupakan pendorong bagi peserta didik untuk berpikir kritis. foto sejarah seringkali memuat sebuah nilai historis yang menarik misalnya sebuah foto yang memperlihatkan peristiwa yang lokasinya dekat dengan rumah peserta didik, atau sebuah foto unik karena menampilkan tokoh sejarah yang penuh heroik sehingga peserta didik menjadi semangat dalam mengungkap setiap makna didalamnya

Selain itu foto sejarah bisa meningkatkan historical imagination atau imajinasi sejarah, menurut Peter Seixas yang merupakan profesor dari Universitas British Columbia menyatakan bahwa kemampuan berpikir historis memiliki peranan penting dalam pembelajaran sejarah, oleh sebab itu seorang guru mampu mengajarkan kemampuan berpikir historis, salah satunya dengan pemilihan foto sebagai sumber sejarah.

Pemilihan fotografi sebagai sumber belajar sejarah sebetulnya cukup sulit, khususnya dalam mengakses foto asli karena kemungkinan tidak ada juga sehingga cara yang efektif adalah menggunakan internet yang dijadikan sebagai akses untuk mendapatkan foto tersebut, sebetulnya bisa juga menggunakan hasil kajian berupa buku yang memuat foto-foto sejarah yang tidak dipublikasi di internet, seperti buku karya Sudarsono Katam yang memuat foto-foto kehidupan sosial dan peristiwa-peristiwa sejarah di Kota Bandung, atau dengan berkunjung ke museum yang menampilkan foto-foto yang berkaitan dengan peristiwa sejarah seperti di museum Konfrensi Asia Afrika, yag dimana banyak terpajang foto-foto ketika pelaksanaan konfrensi pada tahun 1955.

Dalam implementasi penggunaan foto dalam pembelajaran sejarah guru bisa membimbing peserta didik untuk mengakses berbagai website yang menyediakan foto sejarah atau guru bisa menyediakan sebelumnya foto-foto yang sudah dipilih dan diberikan kepada peserta didik. Foto yang dipilih disesuai dengan materi pembelajaran sejarah yang sedang dipelajari, seperti pada kelas XI materi mengenai revolusi Indonesia, peserta didik diberi tugas untuk menentukan foto yang berbeda dan menganalisis foto telah dipilih dari berbagai aspek. ada beberapa sumber foto yang dapat diakses: Collectie Nederland, Collectie Wereldmuseum, National Archief, KITLV dan lainnya

Setelah selesai dalam menentukan foto sejarah peserta didik dapat ditugaskan, penugasannya bersifat kreatif seperti mengambil foto dilingkungan tempat tinggalnya dan membandingkan dengan foto sejarah hal tersebut dapat membantu peserta didik dalam memahami perubahan sosial budaya, atau dengan dibuat poster dengan menggunakan foto-foto yang sudah di analisis itu dapat membuat siswa untuk terdorong melakukan riset dan menyajikan informasi secara visual, siswa juga dapat diberikan penugasan membuat video dari foto-foto yang sudah dianalisis dan diberi penjelasan menggunakan voice over itu bisa mengembangkan kemampuan keterampilan presentasi peseta didik, yang menarik peserta didik dapat membuat galeri foto didalam kelas dengan menampilkan foto-foto sejarah yang dicetak dengan mencantumkan sumber dan masing masing individu atau kelompok menjelaskan foto yang yang sudah mereka teliti hal tersebut bisa menciptakan ruang belajar yang intraktif dan kolaboratif.

Tantangan yang perlu dihadapi oleh guru sejarah, adalah keterbatasan foto, dimana tidak semua foto sejarah mendukung semua materi pembelajaran sejarah, seperti zaman praaksara atau zaman klasik dimana kamera belum ditemukan, meskipun dapat dilukis, sebuah lukisan bisa menggunakan interpretasi pelukis sehingga objektifitas foto sejarah lebih di atas lukisan, selain itu terdapat foto-foto yang tidak dipublikasi atau tidak didigitalisasi sehingga kita tidak dapat mengakses foto tersebut melalui internet, guru harus mengkaji foto tersebut karena keterbatasan informasi bisa membuat bias dan melahirkan interpretasi yang beragam.

Dalam menganalisis foto oleh peserta didik kerap kali menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda bahkan tidak sesuai dengan fakta sejarah, apalagi jika tidak dibekali kemampuan sejarah yang cukup, peserta didik akan rentan mengira-ngira sebuah peristiwa tanpa tahu kebenarannya, sehingga peran guru dalam mendampingi proses belajar siswa dibutuhkan, guru dapat mengkoreksi hasil kajian jika terlihat ada ketidaksesuaian agar memberikan fakta sejarah yang objektif, atau guru dapat memberikan penjelasan selajutnya ketika peserta didik berhasil menyelesaikan tugas yang telah diberikan guru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun