Mohon tunggu...
RIFAL ARDIANSYAH
RIFAL ARDIANSYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya bermain bola

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pedagogik Kritis

18 Mei 2022   15:51 Diperbarui: 18 Mei 2022   16:04 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dengan adanya perkembangan teknologi juga perkembangan zaman yang ada membuat masyarakat harus mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan. Ditambah lagi dengan adanya keberagaman yang ada pada masyarakat menjadikan sebuah adaptasi pula bagi masyarakat itu sendiri. Pedagogi kritis memetakan hubungan kekuasaan yang ada, sehingga bisa mendorong terjadinya perubahan sosial ke arah masyarakat yang lebih terbuka, bebas dan adil. Tidak berhenti disitu, pedagogi kritis juga mengembangkan wawasan dan kepekaan moral di dalam memahami keadaan sosial. 

Dalam hal pendidikan, keberagaman menciptakan dimensi kesetaraan dalam hal pendidikan multicultural, pendidikan keadilan sosial, dan responsive budaya. Maka dalam hal ini, pedagogi kritis menjadi sebuah acuan dalam mengatasi permasalahan yang ada dalam hal keberagaman dalam dunia pendidikan. 

Para pendidik kritis mengembangkan beberapa langkah praksis yang digunakan dalam praktik pengajaran yang melibatkan guru dan siswa berupa mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, membuat rencana tindakan untuk mengatasi masalah, mengimplementasikan rencana tindakan, dan menganalisis dan mengevaluasi tindakan. 

Pedagogi kritis berperan untuk mempromosikan kesetaraan melalui manajemen kelas, bahasa, perilaku, kegiatan kelas, umpan balik, dan penguatan serta prosedur evaluasi. Dengan harapan pedagogi kritis dapat menjadi cara untuk mengharmonisasi keberagaman yang ada dalam lingkungan pendidikan.

Topik yang saya pilih adalah "Critical Pedagogy". Ada lima jurnal yang dipilih terkait dengan topik kajian itu. Jurnal pertama berjudul "Perspektif Pedagogi Kritis -- Model Pendidikan Guru Islam Untuk Keadilan Sosial di Indonesia" dalam jurnal ini ketidakadilan sosial yang terus meningkat ditambah dengan gesekan sektarian telah menempatkan masyarakat Indonesia dalam situasi yang rapuh dan oleh karena itu perlu adanya perhatian lebih dekat, dan lebih lagi di bidang pendidikan. 

Tulisan ini berpendapat bahwa reformasi pendidikan harus dimulai dari komponen pendidikan yang sangat vital, yaitu guru karena guru memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan siswa di hampir semua aspek. 

Juga, pendekatan pengajaran tradisional tampaknya tidak mampu memberikan solusi untuk sebagian besar masalah sosial, meskipun ajaran Islam sangat mendukung kesetaraan, keadilan, dan penghargaan terhadap perbedaan. Dalam tulisan ini, pendekatan pedagogi kritis ini diperdebatkan untuk memungkinkan guru menjadi agen perubahan untuk mempromosikan pendidikan untuk keadilan sosial. Dalam banyak konteks, dominasi sering bermanifestasi dalam hubungan mayoritas-minoritas yang kompleks. 

Mayoritas cenderung memiliki lebih banyak hak istimewa dalam hal akses ke keadilan sosial daripada minoritas. Dalam sistem demokrasi, mayoritas sering memiliki kekuasaan untuk memutuskan aturan dan peraturan yang mendikte dan mengikat semua anggota masyarakat. Jika kekuatan ini tidak digunakan dengan hati-hati dan menghormati minoritas, penindasan dan diskriminasi dapat terjadi karena minoritas tidak memiliki kekuatan untuk menyeimbangkan aspirasi mayoritas. Namun, mayoritas tidak selalu berarti angka. 

Mayoritas kuantitatif, dalam beberapa konteks, mungkin tidak memiliki kekuatan bahkan dalam penentuan nasib sendiri. Misalnya, dalam satu konteks, sebuah sekolah Katolik yang siswa dan guru Katoliknya minoritas menjadikan pelajaran agama Katolik sebagai wajib bagi semua siswa yang mayoritas beragama Protestan dan Islam. Siswa non-Katolik harus menghadiri doa di Gereja sekolah (Larson, 1890).

Pada jurnal kedua yang berjudul "Jurnal Pendidikan Dasar - CRITICAL PEDAGOGY: PERAN SISWA DIGITAL LITERACY DALAM MEMAHAMI CRITICAL PEDAGOGY" dalam perkembangan jurnal ini mendorong mahasiswa untuk beradaptasi dan harus mampu menguasai teknologi dengan literasi digital. Pemahaman pedagogi kritis dapat menjadi dasar bagi siswa dalam mengembangkan pola pikir dan keterampilan pedagogi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dimensi tersebut dapat memberikan gambaran tentang kemampuan literasi digital khususnya literasi digital siswa. Kemudian ternyata literasi digital siswa mempengaruhi pemahaman pedagogi kritis siswa. 

Pengaruh ini memiliki nilai positif baik dari akses, evaluasi maupun share. Pengaruh positif ini menggambarkan peran literasi digital siswa dalam memahami pedagogi kritis siswa. Hasil tersebut dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas pemahaman pedagogik kritis siswa. Hal ini juga perlu dipertimbangkan mengenai variabel lain yang mempengaruhi pemahaman pedagogis kritis (Apriyanto et al., 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun