Wajah yang diterpa air hujan
Mata pedih kurasakan bersama malam
Seperti ditusuk jarum akupunktur
Berefleksi kedalam jiwa
Perjuangan yang tiada henti
Mengejar sebuah tujuan
Agar mencapai hidup yang layak
Seolah-olah hidup ini tak akan berhenti dengan sebuah usaha. Diri manusia yang dipenuhi dengan kebutuhan yang takkan pernah ada habisnya demi sebuah kepuasan. Seluruh isi jagad raya ini rasanya ingi dikuasai dengan perasaan penuh egois. Disamping kerja keras yang tinggi, berjalan menghadap kedepan dengan membusungkan dada. Tidak peduli jalanan dipenuhi banjiar air bah, bumi tergoncang, terpaan angin yang berusaha menumbangkan langkah, petir yang membelah langit. Tapi hati yang kuat takkan pernah goyah. Dada yang dipenuhi api semangat yang membara. Tak kan pernah lapuk oleh turunnya hujan. Demi sebuah rasa manis dikunyah kemudian.
Seiring berjalanan waktu. Sebuah ruhul jihad yang disuarakan penuh membahana. Haus akan sebuah ambisi yang penuh gejolak. Rasa malas menjadi duri yang menganjal. Disiplin sudah menjadi kunci yang sangat bearti. Tenang mati rasa. Terbang bersama sayap gemilang. Prestasi yang tiada henti. Mengisi dalam pribadi. Merangkak dibawah semak belukar. Angan-angan melayang keangkasa. Inovasi dan kreasi yang tak kan pernah mati. Walaupun terjebak dalam imajinasi.
Ibarat panah pasupata milik arjuna. Terus melesat kearah cahaya kemuliyaan. Ibarat tongkat nabi musa. Membelah lautan keraguan. Menyusuri jalan penuh keberaniaan. Memukul kerasnya cobaan. Mengetarkan seisi alam semesta. Menolak adanya suatu kemapanan. Terus merasa dahaga dengan dinamisnya kehidupan. Hingga mencapai kesempunaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H