Mohon tunggu...
muhammad rifa'i
muhammad rifa'i Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mahasiswa STAI Diponegoro Tulungagung

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gema Hati Sang Pejuang

25 Maret 2014   16:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:31 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wajah yang diterpa air hujan

Mata pedih kurasakan bersama malam

Seperti ditusuk jarum akupunktur

Berefleksi kedalam jiwa

Perjuangan yang tiada henti

Mengejar sebuah tujuan

Agar mencapai hidup yang layak

Seolah-olah hidup ini tak akan berhenti dengan sebuah usaha. Diri manusia yang dipenuhi dengan kebutuhan yang takkan pernah ada habisnya demi sebuah kepuasan. Seluruh isi jagad raya ini rasanya ingi dikuasai dengan perasaan penuh egois. Disamping kerja keras yang tinggi, berjalan menghadap kedepan dengan membusungkan dada. Tidak peduli jalanan dipenuhi banjiar air bah, bumi tergoncang, terpaan angin yang berusaha menumbangkan langkah, petir yang membelah langit. Tapi hati yang kuat takkan pernah goyah. Dada yang dipenuhi api semangat yang membara. Tak kan pernah lapuk oleh turunnya hujan. Demi sebuah rasa manis dikunyah kemudian.

Seiring berjalanan waktu. Sebuah ruhul jihad yang disuarakan penuh membahana. Haus akan sebuah ambisi yang penuh gejolak. Rasa malas menjadi duri yang menganjal. Disiplin sudah menjadi kunci yang sangat bearti. Tenang mati rasa. Terbang bersama sayap gemilang. Prestasi yang tiada henti. Mengisi dalam pribadi. Merangkak dibawah semak belukar. Angan-angan melayang keangkasa. Inovasi dan kreasi yang tak kan pernah mati. Walaupun terjebak dalam imajinasi.

Ibarat panah pasupata milik arjuna. Terus melesat kearah cahaya kemuliyaan. Ibarat tongkat nabi musa. Membelah lautan keraguan. Menyusuri jalan penuh keberaniaan. Memukul kerasnya cobaan. Mengetarkan seisi alam semesta. Menolak adanya suatu kemapanan. Terus merasa dahaga dengan dinamisnya kehidupan. Hingga mencapai kesempunaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun