I
Pada hakekatnya sekulerisme adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya, hal ini terkait dalam cara pandang, pola fikir dan ideologi manusia dalam menjalankan kehidupannya di dunia khususnya penempatan perkara duniawi dan ukhrowi.
Manusia adalah hamba Tuhan yang harus melaksanakan penghambaanya dengan beribadah. Dalam kitab terakhirnya al-Qur’an, Tuhan berfirman “Tidaklah Kuciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah” (surat Adz-Dzariyat, ayat : 56). hidup di dunia yang fana ditugaskan untuk menanam benih yang kelak bisa dipetik dan dinikmati di alam akhirat nanti.
Kepercayaan hari akhir, hari kiamat ataupun adanya kehidupan setelah kematian di akhirat kelak, merupakan keyakinan mutlak para penganut agama. Bahkan dalam agama Islam keyakinan ini termasuk dalam rukun/pokok keimanan yang 6 dalam diri seorang muslim, tepatnya sebelum menyakini adanya Qada’ dan Qadar.
Surga dan neraka merupakan hal yang menjadi bujuk rayuan serta ancaman Tuhan, agar manusia selalu bertaqwa kepadaNya. Barang siapa yang benar-benar bertaqwa maka kenikmatan surga balasannya di akhirat kelak, begitupula sebaliknya, jika tidak bertaqwa maka nerakalah ancamannya.
Nah! Dua hal diatas ini yang terkadang menjadikan manusia lupa akan kehidupannya di dunia, lupa dengan kebutuhan duniawi, bahkan membuatnya buta akan perkembangan kehidupan sosial kemanusiaan.
II
Sejarah perkembangan sekulerisme berawal dari masa Pencerahan Eropa, katika kekuasaan dikala itu berada dibawah tangan kekuatan hegemoni gereja kristen katolik.
Di bawah tampuk kekuasaan gereja, Kebijakan yang dibuat oknum para rohaniawan ketika itu tidak lagi sesuai dengan spirit kemanusiaan dan perkembangan zaman, membuat kehidupan manusia terasa berada di dunia yang gelap, ilmu pengetahuan dan agama dibuat tidak sejalan seiring seiya sekata.
Ilmuwan Galileo Galilei adalah korban kesewenangan para pembesar Gereja. Hasil eksperimen ilmiahnya yang menyatakan bumi berputar mengelilingi matahari, dianggap ajaran sesat hingga akhirnya dia diadili pada tahun 1633 dan dijatuhi hukuman penjara (ada yang mengatakan tahanan rumah) serta karya-karyanya dicekal.
Hingga akhirnya teriakan untuk memberontak dan melakukan pembangkangan terhadap oknum gereja yang semena-menapun tak dapat dibendung, hingga terciptalah zaman pencerahan masyarakat Eropa. Dari langkah awal itulah hingga saat ini Eropa/Barat memiliki peradaban yang tidak tertandingi oleh negara-negara lain di dunia.
Teori kekinian mengakui adanya penyelewengan ajaran Kristen murni yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab saat nama agama dibawa secara berlebihan kedalam ranah politik dan kekuasan.
Seakan bertolak belakang dengan kebijakan pembesar Gereja terdahulu, Paus Pius XII tahun 1939 dalam pidatonya perdananya menggambarkan bahwa Galileo sebagai pahlawan riset, bahkan menurut Profesor Robert Leiber dalam bukunya "Pius XII Stimmen der Zeit", Paus Pius XII menyesali kasus Galileo (hal. 411).
Dan Brown seorang penulis monumental dengan karya sastra ilmiyahnya, dapat menguak rahasia yang selama ini terpendam dalam tatanan Vatikan Gereja Katolik di Roma. Karya novel ilmiyahnya yang sangat populer meluruskan pandangan ajaran Kristen saat ini adalah “The Davinci Code” dan “Angels and Demons”, bahkan kedua novel itu bisa dinikmati dalam bentuk film.
III
Dalam Islam manusia dianugerahkan Akal dan Wahyu oleh Tuhan, agar bisa menjalani kehidupan secara seimbang antara duniawi dan ukhrowi, jasmani dan rohani.
Muhammad rosul terakhir berpesan, bekerjalah untuk duniamu seakan kamu hidup selamanya dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan kamu mati besok.
Pernah ada sahabat rosul yang meyakini ibadahnya harus melebihi ibadahnya rosul sebab rosul dianggapnya manusia yang ma’sum, sampai-sampai para sahabat itu melakukan ibadahnya diluar dugaan kemampuan manusia biasa, berpuasa secara terus menerus dan tidak menikah.
Nabipun setelah mengetahui hal itu menyuruh para sahabat itu untuk berpuasa kemudian berbuka, menyuruh untuk menikah dan membina keluarga. Bahkan nabi menekankan barang siapa yang tidak mengikuti sunnahnya seperti apa yang dilakukan nabi, maka tidak diakui sebagai pengikutnya.
Pesan ini diungkapkan agar manusia tidak lupa dengan kehidupannya di dunia, tidak lupa dengan kebutuhan duniawi, dan tidak buta akan perkembangan kehidupan sosial kemanusiaan. Bahkan nabi menegaskan bahwa kalianlah yang lebih mengetahui urusan duniamu.
Ironisnya terkadang umat muslim memahami ibadah secara harfiah, ibadah yang dilakukan sebannyak-banyaknya hanya ibadah ritual rutinitas semata, ibadah simbolik sesuai dengan ajaran-ajaran ukhrowi.
Mereka tidak sadar perkara duniawi juga senilai dengan ibadah, bahwa membuang duri di jalan yang membahayakan orang itu dapat bernilai pahala, membuat lampu untuk menyinari orang belajar ditengah malam dapat bernilai pahala, membuat pesawat yang dapat memudahkan orang naik haji dapat bernilai pahala, mereka tidak tahu dengan menciptakan kemajuan tekhnologi yang dapat memudahkan manusia dan menjaga kemaslahatan dan keselarasan kehidupan manusia dengan alam semesta dapat bernilai pahala. Sebagaimana nabi memerintahkan umatnya untuk membina berkeluarga, agar umat manusia tidak punah.
Bahkan saking sempitnya pemahaman ibadah terkadang umat beragama tidak bisa membedakan hal duniawi yang dapat bernilai pahala dengan perkara ukhrowi, semuanya dilihat dengan simbol-simbol agama yang mereka yakini perkara ukhrowi. Terkadang Melakukan tindakan anarkis pengrusakan atas nama agama.
IV
Sejatinya sekulerisme haruslah tetap didengungkan menyupayakan agar manusia tidak terjebak dalam perkara ukhrowi semata dan melupakan duniawi. Lebih dari itu agar manusia tidak terjebak dengan oknum-oknum yang memanfaatkan nama agama untuk mendapatkan kekuasaan dan kenikmatan duniawi semata.
Ada beberapa oknum yang menyebutkan bahwa sekulerisme yang diteriakan pengikut islam progresif merupakan pembebekan/taklid dari orang Barat. Padahal orang Barat mendengungkan pencerahan yang didalamnya terdapat sekulerisme setelah mereka mempelajari dan mendalami karya-karya tokoh ilmuan Islam, semacam ilmu tatanan sosial dan sosiologi dalam kitab Muqoddimahnya Ibn Kholdun, dan ilmu kedokteran dalam kitab al-Qonun fi at-Tibnya Ibn Sina, yang menjadi rujukan orang barat dalam ilmu kedokteran dsb.
Maka tak salah bila Abid Jabiri mengajak umat Islam belajar kepada Barat, dengan beralasan ketika perdaban Barat terpuruk orang Barat belajar kepada Islam, dan kini saat Islam terpuruk maka umat Islam harus belajar kepada orang Barat.
Oleh : Rifai
Cairo. Selasa, 15 Desember 2009.
*http://ripai.blog.co.cc/2009/12/15/refleksi-sekulerisme-dan-ibadah-manusia/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H