Mohon tunggu...
Rifa Lufiana
Rifa Lufiana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tanggapan Kaum Intelektual terhadap Politik Uang

4 Februari 2018   08:16 Diperbarui: 4 Februari 2018   08:30 2758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Membahas tentang kaum intelektual, perlu terlebih dahulu mengetahui apa itu kaum intelektual. Kaum intelektual terdiri dari dua kata Yaitu kaum dan intelektual. Dalam kamus besar bahasa indonesiakata intelektual berkaitan dengan intelek. Intelek berasal dari kosakata latin:  yang berarti pemahaman, pengertian, kecerdasan. Sedangkan kaum berarti golongan , dapat di simpul kan bahwa kaum intelektual adalah golongan yang memiliki pemahaman, pengertian, dan kecerdasan. Seorang intelek harus dapat menggambarkan daya pikir yang tinggi yang tentunya berkaitan dengan pengetahuan. Kata intelektual juga sering di gunakan untuk menyebut seorang pelajar, mahasiswa atau para cendekiawan.

Oleh karena itu seorang yang di sebut sebagai kaum intelektual paling tidak memiliki ciri -ciri yang di antaranya , pertama kaum intelektual harus memiliki ilmu pengetahuan yang dapat di per tanggung jawab kan. Kedua,Kaum intelektual harus dapat beradaptasi dengan lingkungannya baik dalam komunikasi maupun aksi. Ketiga,kaum intelektual harus memiliki terobosan untuk merubah masyarakat menjadi lebih maju. Sebab kaum intelektual memiliki peran penting dalam memajukan bangsa dan dapat memajukan masyarakat dengan terobosan-terobosan yang kaum intelektual lakukan.

Tidak cukup dengan itu, untuk menjadi kaum intelektual yang sesungguhnya harus pula melewati beberapa tantangan, tantangan yang memang harus di lewati demi memajukan bangsa  salah satunya tantangan kaum intelektual terhadap masyarakat. Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat menurunkan moral bangsa, karena Masyarakat memiliki peran penting dalam kemajuan bangsa. Kaum intelektual memang bukan satu- satunya yang harus menyelesaikan persoalan tersebut, namun perlu di garis bawahi bahwa kaum intelektual sering di sebut sebagai agen perubahan dan hal tersebut yang membuat beban moral bagi kaum intelektual untuk tetap menjadikan dirinya sebagai sarana perubahan tersebut.

Tidak hanya dalam permasalahan masyarakat kaum intelektual juga harus dapat memberi perubahan dalam masalah-masalah lain misalnya dalam masalah politik.  Tahun 2018 merupakan tahun politik,  berada dalam dunia politik bukan tentang benar atau salah tapi tentang menang dan kalah. Dalam hal ini banyak hal yang perlu kader intelektual rubah, Misalnya dalam isu Money politik. Money politiksudah bukan hal yang tabu bagi para-para pelopor politik. Money politik bahkan sudah di jadikan sebagai jalan untuk memenangkan politik untuk partai-partai atau oknum-oknum yang curang.

Money politik di gunakan untuk membeli suara. Money politik biasanya di serahkan sebelum pemungutan suara. Untuk mereka ( masyarakat ) yang tidak paham dengan dunia politik akan menerima uang tersebut untuk memilih menggunakan hak suaranya. Lucunya Money politik tidak hanya di berikan kepada mereka (masyarakat) yang memiliki hak suara, tetapi juga di berikan kepada pemegang kekuasaan rakyat  misalnya. Ini yang menyebabkan kekuasaan sudah bukan di tangan rakyat melainkan di tangan "uang", sehingga kedaulatan bukan untuk rakyat melainkan untuk "pemilik uang".

Disini lah kaum intelektual beraksi, disini lah kaum intelektual memberi perubahan dan pada saat disini lah kaum intelektual harus dapat menjawab tantangan-tantangan. Kaum intelektual harus menjadi pelopor  dalam kasus yang demikian.  Kaum intelektual harus dapat memberi perubahan dalam hal demikian. Sebab dampak dari Money politik dapat merusak bangsa. Misal dalam praktek Money politik dapat merusak sistem demokrasi di Indonesia, ini menyebabkan demokrasi yang sakit, demokrasi yang harusnya "bebas" menjadi tidak bebas hanya karena pembelian hak suara tersebut. Kedaulatan yang seharusnya milik semua orang, sekarang menjadi yang hanya memiliki uang. Selain itu, praktek Money politikdisini juga merusak moral demokrasi, kenapa demikian? Karena rakyat memilih pemimpin bukan karena asas kepemimpinan nya, bukan karena kinerja  nya, bukan karena visi dan misinya, melainkan karena uang yang di berikan untuk menambah hak suara demi kepentingannya.

Kaum intelektual harus menanggapi hal yang demikian, contohnya mencegah hal-hal yang mungkin alan terjadinya praktek Money politik, salah satunya, pertama, menolak praktek politik yang ditawarkan oleh team sukses dari calon. kedua kaum intelektual harus menjunjung tinggi asas demokrasi yang  langsung, umum, bebas. rahasia,  jujur dan adil sebagai bentuk tindakan preventif dalam praktek Money politik. Ketiga, kaum intelektual harus bisa mensosialisasikan menggunakan bahasanya kepada khalayak atau masyarakat mengenai dampak negatif dari  praktek Money politik. Sehingga dari sini kaum intelektual dapat menjadi pelopor dalam mencegah praktek Money politik yang merusak moral bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun