Gerakan Literasi Nasional (GLN) merupakan program untuk meningkatkan kemampuan literasi seperti yang diharapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, Sabtu, 13 April 2019, dalam pengarahan kegiatan Bimbingan Teknis Instruktur Literasi Baca-Tulis Tingkat Nasional 2019, berharap minimal enam literasi yang harus dikuasai seseorang, yaitu: literasi baca tulis, numerasi, sains, digital, finasial, serta budaya dan kewarganegaraan.
      Dari keenam jenis literasi tersebut, menurut Mendikbud, membaca dan menulis merupakan jenis literasi yang dikenal paling awal oleh manusia. Hal ini dikarenakan membaca dan menulis termasuk literasi fungsional (Hapsari, Ruhaena, & Pratisti, 2017), (Mulat, 2017) yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Mendikbud melanjutkan bahwa dengan menguasai literasi baca dan tulis, seseorang dapat menjalani hidupnya dengan kualitas yang lebih baik.Â
Literasi baca tulis bukan hanya urusan bagaimana seseorang terbebas dari buta aksara, tetapi juga memilki kecakapan hidup agar mampu bersaing secara global. Programme for International Student Assessment (PISA) juga mendefinisikan literasi membaca sebagai sebuah pemahaman, menggunakan, dan merefleksikan teks tertulis sebagai tujuan mendapatkan pengetahuan, mengembangkan potensi, dan berpartisipasi dalam masyarakat (OECD, 2006).
Berbagai program dikembangkan pemerintah untuk meningkatkan literasi baca tulis, di antaranya adalah Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dengan membiasakan siswa membaca dan menulis di sekolah (Rahayu, 2016). Sejalan dengan hal tersebut, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2016) menjelaskan bahwa secara umum tahapan pelaksanaan GLS dilakukan dalam tiga tahap yaitu :
- Tahap ke-1 adalah pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem sekolah. Pembiasaan ini bertujuan menumbuhkan minat terhadap bacaan dan kegiatan membaca dalam diri warga sekolah
- Tahap ke-2 adalah pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan literasi. Pada tahap ini bertujuan mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan pengayaan
- Tahap ke-3 adalah pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi. Tahap ini dapat dilakukan melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran. Dalam tahap ini ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata pelajaran)
Oleh karena itu, penulis membuat program Drop Everything And Read (DEAR) untuk memulai tahap pertama pembiasaan kegiatan membaca. Drop Everything And Read atau "tinggalkan semua aktivitas dan bacalah" adalah sebuah upaya untuk membiasakan kegiatan membaca pada anak melalui program rutin membaca senyap bersama-sama secara serentak selama beberapa menit. Fokus dalam DEAR bukanlah membaca sebagai suatu kegiatan akademik, melainkan penanaman konsep dalam diri anak bahwa membaca adalah sebuah hal yang menyenangkan untuk dilakukan. Alokasi waktu untuk program ini adalah 15-20 menit per hari.
Penulis memilih waktu yang kondusif untuk melaksanaka kegiatan DEAR yakni pagi hari karena kondisi yang masih segar peserta didik akan lebih bersemangat untuk membaca. Adapun sasaran dari program ini alangkah lebih baiknya secara menyeluruh, semua warga sekolah harus mengikuti kegiatan tersebut setiap harinya untuk membaca secara serentak.Â
Karena tidak memungkinkan kegiatan tersebut dilakukan secara serentak, maka penulis membuat program ini dilaksanakan untuk satu kelas. Buku yang dibaca bukan buku ajar, melainkan bacaan bebas sesuai minat dari setiap elemen warga sekolah baik yang bertema fiksi maupun nonfiksi.
Program Dear dilaksanakan dengan langkah berikut
- Sebelum kegiatan belajar mengajar, guru akan memberikan perintah untuk  seluruh anggota kelas serentak menghentikan segala aktivitas dan langsung membuka buku yang sudah mereka bawa sesuai tema yang diminati.
- Setelah semua siap dengan buku yang mereka bawa, guru akan memberikan tanda bahwa waktu membaca dimulai. Semua anggota kelas serentak membaca dengan teknik membaca senyap.
- Ketika waktu 15 menit berlalu guru akan memberikan tanda bahwa waktu membaca selelsai dan memberikan waktu tambahan selama 5 menit untuk siswa menuliskan poin penting yang mereka baca
- Setelah itu masing-masing dari mereka siap untuk mengikuti pembelajaran seperti biasa
Berikut salah satu contoh untuk membentuk program Gerakan Literasi Sekolah, kegiatan dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan keadaan sekolah.Â
Upaya mensukseskan GLS merupakan langkah awal mengembangkan siswa yang literasi. Siswa yang literasi adalah langkah awal bangsa yang kuat dan berdaya saing. Oleh sebab itu mari membangun bangsa yang literat melalui pendidikan dan pembelajaran literasi yang efektif dan efisien. Selamat berjuang!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H