Mohon tunggu...
Adnan Rifaad
Adnan Rifaad Mohon Tunggu... Peternak - penulis yang bernyawa

kalo tidak bernyawa maka tidak akan bisa menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Manajemen Organisasi Perusahaan Bidang Lingkungan Hidup: Pembuangan Limbah Tekstil ke Sungai, Saluran Pabrik Tekstil Ditutup Dengan Cara di Cor oleh Satgas Citarum

26 Desember 2021   21:50 Diperbarui: 27 Desember 2021   02:03 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

PENDAHULUAN

 Dewasa ini perkembangan teknologi dan jaman membuat banyak produksi dari bebgai macam sektor yang berakhir dengan adanya limbah sisa hasil olahan. Limbah adalah salah satu permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan semakin bertambah, baik dari sisi volume dan jenisnya. Limbah tersendiri terbagi menjadi dua jenis limbah yaitu limbah organik dan anorganik dimana limbah anorganik tidak dapat terurai atau mengalami pembusukan alami. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan, terutama bagi kesehatan manusia. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah tersebut. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi dan menanggulangi limbah. Untuk pengelolaan limbah yang bersifat organik dapat dilakukan dengan salah satu caranya adalah pemupukan atau pengomposan, serta pembakaran untuk limbah anorganik. Sampai saat ini, pengolahan limbah masih belum maksimal dikarenakan oleh beberapa faktor seperti kurangnya teknologi untuk mengolah hingga bahaya dari efek samping pengolahan limbah itu sendiri seperti asap dan gas beracun seperti karbon monoksida, ammonia, HCN, dan sebagainya. Salah satu yang menjadi permasalahan lingkungan adalah adanya pencemaran oleh bahan pewarna tekstil dari industri-industri tekstil yang makin banyak bermunculan karena permintaan pasar atau market fashion yang dimana trend fashion terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Industri tekstil tidak banyak menghasilkan banyak limbah padat. Limbah yang lebih banyak dihasilkan secara volume yaitu limbah cair berupa pewarna dalam volume besar ke dalam perairan di Indonesia baik sungai ataupun selokan.

Sungai Citarum memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi, tidak hanya bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya tetapi juga bagi mereka yang tinggal ratusan kilometer nan jauhnya. Sungai Citarum merupakan sumber pasokan air minum bagi penduduk Jawa Barat dan ibukota Jakarta. Daerah aliran Sungai Citarum didominasi oleh sektor industri manufaktur seperti tekstil, kimia, kertas, kulit, logam/elektroplating, farmasi, produk makanan dan minuman, dan lainnya. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat (BPLHD Jabar) telah mengkonfirmasi bahwa limbah industri jauh lebih intens dalam hal konsentrasi dan mengandung bahan-bahan berbahaya. Sebanyak 48% industri yang diamati, rata-rata pembuangan limbahnya 10 kali melampaui baku mutu yang telah ditetapkan.

Kontaminasi bahan-bahan kimia berbahaya dan beracun industri dibuktikan oleh sejumlah penelitian. Perhatian utama diberikan pada bahan kimia beracun yang ditemukan di sungai, yaitu logam berat. Logam berat merupakan elemen yang tidak dapat terurai (persisten) dan dapat terakumulasi melalui rantai makanan (bioakumulasi), dengan efek jangka panjang yang merugikan pada makhluk hidup. Sebuah investigasi mengenai bioakumulasi mengungkapkan bahwa logam berat seperti Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), Nikel (Ni), dan Timbal (Pb) ditemukan dalam kadar yang tinggi pada dua spesies ikan yang biasa dimakan, Oreochromis nilotica dan Hampala macrolepidota. 

ANALISIS

 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi akan melakukan verifikasi  temuan pabrik tekstil yang pengelolanya membuat saluran pembuangan air limbah secara tersembunyi atau ilegal. Satgas Citarum Harum menutup saluran pembuangan limbah pabrik tekstil di Desa Kopo, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung pada hari Senin tanggal 25 Oktober 2021. Penutupan ini dilakukan karena industri tersebut kedapatan membuang langsung limbah industri ke anak Sungai Citarum tanpa adanya pengolahan limbah tekstil tersebut sehingga aman untuk dibuang . Terlihat bahwa limbah cair yang dihasilkan industri tekstil di Desa Kopo berwarna pekat yang sangat dapat merusak ekosistem sungai. Ironisnya limbah sangat berbau tidak mengenakan ini langsung dibuang ke anak Sungai Citarum tanpa adanya pengelolaan terlebih dahulu yang pastinya akan sangat berdampak untuk ekosistem sungai. Padahal selama ini pemerintah telah berupaya untuk melakukan normalisasi Sungai Citarum agar terbebas dari labeling sungai terkotor di dunia. Atas adanya insiden tersebut anggota TNI dari Satgas Citarum Sektor 21 langsung menutup paksa saluran pembuangan dengan mengecornya. Pengecoran tersebut dilakuakan supaya menimbulkan efek jera bagi pelaku industri dengan tidak lagi membuang limbah yang belum diolah untuk dibuang sembarangan ke sungai. Petaka atau awal mula kerusakan untuk sungai Citarum dimulai ketika pemerintahan Orde Baru membangun kawasan industri di Majalaya. Hingga saat ini sekiranya ada sekitar 2000 pabrik tekstil menyediakan lapangan kerja buat warga sekitar. Namun buruknya manajemen limbah dari pabrik-pabrik tersebut menciptakan masalah lingkungan yang sangat serius.

Dampaknya limbah beracun langsung dialirkan ke anak sungai yang bermuara ke Citarum. Cairan yang keluar pun berwarna cokelat dan suhunya panas.

"Saluran pembuangan itu langsung kami tutup dengan cara dicor permanen dan tidak akan dibuka lagi agar pengelola pabrik membuat saluran sesuai dengan aturan," katanya.

Terkait sanksi, pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi. "Untuk sanksi harus dilakukan DLH karena kami hanya melakukan penyisiran," ujarnya.

 Menurut data pemerintah, setiap hari pabrik-pabrik di Majalaya membuang kurang lebih 280 ton limbah cair ke sungai. Masalah lingkungan di Citarum kembali marak dibahas akhir tahun silam setelah dua pembuat film dokumenter asal Perancis mengarungi sungai dengan kapal yang terbuat dari botol plastik. Karya Gary Bencheghib dan Sam Bencheghib yang viral itu akhirnya mencuri perhatian Istana Negara. Presiden Joko Widodo lalu mengundang keduanya dan berjanji akan membersihkan Citarum dalam waktu tujuh tahun.

 Sementara itu, pihak industri sendiri mengaku hal itu terjadi akibat adanya kebocoran pipa. Pihak industri berjanji akan melakukan perbaikan terhadap instalasi pengolahan air limbah yang dimilikinya. Pihak industri pun tidak akan beroperasi selama instalasi pengolahan limbah diperbaiki. Sementara itu, menurut Dansubsektor 12 Citarum diperlukan kerja sama antara semua pihak untuk mengembalikan Sungai Citarum menjadi asri dan bersih. Kejadian seperti itu diharapkan dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak yang terkait.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun