Mohon tunggu...
Rifa Amini
Rifa Amini Mohon Tunggu... -

Just an ordinary woman that wanna upgrade my self and others...:)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ikhtiar Berkarat

20 Juli 2011   06:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:32 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Wah, kapan nie undangannya?” “Hehehe…Doakan saja ya” “Doain mah pasti, Sob.. Tapi bagaimana jadinya kalo yang didoain aja enggak ikhtiar. Belum sunnatullah tuh”

Sekelumit percakapan via dunia maya yang saya alami beberapa waktu lalu dengan kawan baik saat masa perkuliahan dulu. Selintas mungkin ini hanyalah common statement yang sering kita dengar. Tapi entah mengapa untuk kali ini respon saya : BINGUNG…. Saat itu saya belum sempat bertanya padanya lebih jauh karena waktu sudah tidak mumpuni untuk meneruskan perbincangan. Sisa dari perbincangan itu tinggallah saya yang cukup berpikir 1000 kali menguraikan kebingungan saya untuk menjabarkan definisi “IKHTIAR” yang dia lontarkan.

Ikhtiar artinya berusaha. Definisi simple yang dimengerti dominan orang khususnya di Indonesia. Seperti kita tahu, ikhtiar dapat berupa bekerja rajin, tepat waktu, amanah, halal, dll sehingga menghasilkan rejeki yang berkah. Ikhtiar dalam akademis sudah tentu belajar, rajin membaca dll. Tetapi kalau ikhtiar dalam mencari pasangan-yang notabene masih akan selalu hangat dibicarakan pada masa2 sekarang- inilah yang menjadi bahan pertanyaan saya. Banyak orang awam mendefinisikan ikhtiar pencarian pasangan dengan act berpacaran.

Mengenal pribadi lawan jenis melalui metode berkhalwat dengan prosedur2 tertentu yang mereka legitimasikan sendiri. Lain lagi dengan istilah ikhtiar islami bagi para “ikhwan-akhwat” yang sering kita dengar dengan “ta’aruf”, yakni proses paling awal dari urutan menuju ke jenjang pernikahan dalam rangka membentuk keluarga yang islami idealnya mencakup semua aspek, baik normatif ataupun yang sifatnya moral dan akhlak,termasuk soal sosialnya, keturunannya, soal lingkungan dan mungkin juga soal pendidikan. Masalah bagaimana prosedurnya tidak akan saya jelaskan disini.

Nah, yang saya khawatirkan disini adalah apabila terjadi kesalahan dalam implementasi ikhtiar tersebut. Terkadang kita, manusia, pandai sekali melegitimasikan sesuatu. Mentang-mentang mengatasanamakan ikhtiar, ada istilah pacaran ala islami. Mentang-mentang mengatasanamakan ikhtiar sms-an untuk hal-hal tidak penting/curcolan menjadi biasa. Mentang-mentang mengatasanamakan ikhtiar ta’arufnya jadi kebablasan. Mentang-mentang mengatasanamakan ikhtiar sibuk sana sini minta cariin jodoh kemana-mana.hehehe 

Oleh karena itu, saya berusaha mencari definisi sendiri “ikhtiar (dalam hal mencari pasangan)” yang saya rasa paling pas bagi saya. Saya pikir ta’aruf memang paling tepat sebagai cara mendapatkan pasangan dengan cara yang ahsan (baik), tetapi buat saya itu adalah bagian ending dari proses. Starting point dari ikhtiar ini adalah seni perbaikan diri. Upaya perbaikan diri inilah yang merupakan kunci utama dari ikhtiar dalam usaha mendapatkan pasangan yang tepat. Perbaikan dalam meluruskan niat, penataan hati, peningkatan amal-perbuatan, penjagaan akhlak, penggalian ilmu, serta tentunya doa, sebagai wujud kepasrahan diri kepada Allah swt. Barulah, setelah terus memperbaiki diri saya yakin Allah swt pasti akan memberikan jawabannya melalui skenario indah yang Dia sudah rancang, bisa melalui cara: ta’aruf kah, love at first sight kah, CLBK kah, ataukah perjodohan?

Bukankah Allah swt telah berfirman : ”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).” (An Nur 26)

Tulisan ini hanya bentuk kekhawatiran saya, pada definisi murni ikhtiar (dalam pencarian pasangan) yang mungkin mengalami pengaratan dalam perjalanannya. Bukan berarti saat ini saya sudah merasa “baik” atau sudah berada dalam tahap yang seperti saya kemukakan. Sungguh saat ini pun saya masih dalam proses “learning by doing”…

Tulisan ini tidaklah bermaksud menggurui atau menyalahkan siapapun, tetapi hanyalah sebagai ajang untuk menasihati diri sendiri.

Sebagai penutup: sebuah pertanyaan sekaligus pernyataan dalam artikel yang pernah saya baca: “Bagaimana mungkin do’a seorang gadis ingin mendapatkan seorang lelaki sholeh terkabulkan, sedang dirinya sendiri belum sholehah?” Semoga Allah swt golongkan dalam pribadi yang selalu memperbaiki diri. Wallahu’alam bisshawab…

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun