Pada era perkembangan digital yang semakin pesat, guru mempunyai tantangan tersendiri untuk dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar dengan membangun karakter menjadi guru yang kreatif dan inovatif. Guru kreatif inovatif memiliki enam karakteristik, yaitu: guru belajar sepanjang hayat, guru melek sains dan teknologi, guru menguasai bahasa asing dengan baik, guru rajin menghasilkan karya tulis ilmiah, dan guru mampu mendidik berdasarkan dengan pendekatan yang sesuai kebutuhan siswa. Untuk itu, guru harus memiliki penguasaan terhadap materi pelajaran, wawasan yang luas, dan komunikatif sehingga pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami siswa dengan baik.
Guru juga harus menguasai keterampilan hardskill dan softskill yang seimbang disertai dengan keterampilan 4C, diantaranya critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah), communication (komunikasi), collaboration (kolaborasi), dan creativity and inovation (kreativitas dan inovasi). Kreativitas dan inovasi yang merupakan salah satu bagian 4C perlu diimplementasikan secara masif dalam pembelajaran di era sekarang. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi agar dapat diaplikasikan dalam pembelajaran. Namun, hal tersebut tentunya perlu peninjauan dan refleksi mengingat tak selamanya digitalisasi bersifat positif.
Untuk dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar, perlu dikaji bahwa siswa harus memiliki keteladanan sehingga mampu menghargai guru yang sedang mengajar di depan kelas. Maka dari itu, keteladanan guru sebagai inovator harus selalu dijaga. Kebiasaan juga harus selalu diperhatikan, dalam hal ini guru dapat meminta bimbingan atau nasihat. Beberapa hal penting yang harus selalu dikomunikasikan, diantaranya:
a) Membangun religiusitas dengan membuat peserta didik merasa nyaman dengan nilai-nilai kebenaran dan ketauhidan,
b) Membantu peserta didik memahami perubahan yang mereka jalani dan menawarkan alternatif solusi untuk menghadapinya, dan
c) Menceritakan kisah inspiratif yang memotivasi peserta didik untuk lebih peduli pada diri mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka untuk meningkatkan empati dan motivasi untuk berprestasi serta berkontribusi.
Selain itu, seperti yang sudah disinggung di atas, guru harus memiliki sifat komunikatif. Yang berarti guru harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti siswa dan relevan dengan kehidupan sahari-hari agar materi dapat diterima oleh siswa dengan baik. Unsur komunikatif erat kaitannya dengan bahasa. Dengan kata lain bermakna literasi. Literasi di era digital ini memuat enam kategori. 1) literasi menulis dan membaca, 2) literasi numerik, 3) literasi digital, 4) literasi keuangan, 5) literasi sains, dan 6) literasi budaya dan kewarganegaraan. Dengan menguasai keenam komponen literasi, guru dapat mengintegrasikan kompetensi komunikatif diri dalam hal mengajar. Apabila kombinasi keenam literasi dapat diimplikasikan secara signifikan kepada siswa maka kegiatan pembelajaran menjadi bermakna baik serta berkualitas.
Dalam menyampaikan materi pembelajaran, faktor penting dari penggunaan teknologi adalah guru dapat menggunakan media digital yang tepat disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Pada saat pembelajaran berlangsung, guru kreatif dan inovatif mampu menguasai alat dan perangkat elektronik yang mendukung proses penyampaian materi, sebagai contoh guru menggunakan proyektor untuk menarik minat siswa dalam belajar. Untuk metode pembelajaran, guru dapat melakukan variasi seperti discovery learning, inquiry learning, jigsaw secara bergantian menyesuaikan kesinambungan metode dengan materi yang disampaikan. Ketiga metode tersebut menuntut guru untuk lebih kreatif, menciptakan situasi yang mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan kritis untuk menemukan pengetahuan sendiri seperti penggunaan ponsel dan laptop sebagai media pencarian dan penyampaian informasi berkaitan dengan materi pembelajaran.
Sedangkan, untuk strategi pembelajaran, guru memanfaatkan teknologi secara tepat guna seperti akses belajar siswa menggunakan internet. Termasuk melaksakan ice breaking yang terbaru berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik sehingga dapat meningkatkan konsentrasi belajar secara maksimal. Sebagai upaya untuk meminimalisasi terjadinya kebosanan pada siswa, guru juga dapat melaksanakan pembelajaran di luar kelas, misalnya, di perpustakaan, laboratorium bahasa, taman, dll menyesuaikan relevansinya antara materi yang disampaikan dengan situasi kondisi tempat pelaksanaan pembelajaran. Baik ice breaking maupun tempat pembelajaran, keduanya dapat juga diinternalisasikan dengan penggunaan teknologi dan informasi.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi guru yang kreatif dan inovatif memerlukan berbagai hal yang harus dipenuhi sebagai seseorang yang berdedikasi untuk mencerdaskan bangsa. Terlebih lagi, guru saat ini mempunyai tantangan karena pesatnya digitalisasi tanpa filter. Oleh karena itu, guru kreatif dan inovatif harus bijak dalam menyikapinya, misalnya, selektif dalam memanfaatkan berbagai globalisasi untuk diterapkan secara nyata dalam pembelajaran.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI