Saya tidak menuduh partai berideologi agama itu tidak baik, sarang koruptor, sok suci atau apalah.. yang pasti semua kembali pada niat awal pendiri partai dalam mendirikan partai dengan membawa nama agama. Patut diakui pada awalnya partai semacam ini laris manis, karna rakyat sudah bosan dengan tingkah polah pejabat korup yang seolah-olah tak mengenal agama. Paling tidak dalam benak rakyat, orang beragama akan lebih punya tata krama dan minimal tahu mana yang dosa atau tidak. Tapi disinilah titik awal agama menjadi korban, karna tidak semua orang dalam partai mampu berperilaku sesuai tuntunan agamanya. Jabatan, harta, wanita tentu godaan utama dalam hal ini. Jika seorang kader partai berbasis agama masih terjerat pada 3 hal tadi, apa mau dikata
rakyat pasti akan lebih marah karna setidaknya ini mengandung sedikit penistaan agama, bagaimana bisa orang yang mengaku taat pada agama tapi masih melakukan hal-hal ini.. Sekarang terbukti betapa beratnya ketika bernegara dan berpolitik dengan mengatasnamakan agama, berat karena agama dalam hal ini seakan-akan hanya dijadikan sebatas lambang, atau lebih parah lagi seolah-olah agama menjadi komoditi dalam hal ini. Menegakkan agama dengan menegakkan negara berbasis agama, bagi saya adalah dua hal yang sangat berbeda.karena seingat saya agama ada bukan untuk bernegara atau berpolitik, tapi untuk memperbaiki kehidupan, dan itu semua di mulai dari diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H