Disuatu pagi Hari Selasa 16 Agustus 2016, saya ada rapat di English Cafe tepat didekat Tapsiun, Patemon, Pamekasan paling timur. Ada banyak hal yang dibicarakan disana diantaranya berkenaan dengan Talkshow yang akan dilaksanakan. Singkat cerita selang beberapa menit akhirnya rapat itu berakhir. Seorang teman diantara rekan rapat mengajakku ke kampus untuk sekedar melihat keadaan mahasiswa baru angkatan 2016 saat OPAK.Â
Banyak sekali mahasiswa baru yng hampir memenuhi kampus, sehingga tak dapat menemukan tempat parkir untuk sepeda saya. Sesaat kemudian seorang rekanku yang bernama Holis bertemu dengan temannya (Maba), berjabat tangan hingga mereka asyik berbicara yang entah apa yang sedang dibicarakan. Namun ada kakak tingkat menyapaku terlebih dahulu dengan salam lembut sambil menjulurkan tangannya kepadaku. ia bertanya kepadaku, ketepatan aku sedang memakai jaket IPNU Ranting Teja Timur, ia tahu dan berpengalaman tentang organisasi besar ini yaitu NU yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy'ari. ia bertanya-tanya tentang bagaimana seluk beluk perkembangan IPNU di area Teja Timur.Â
Namun singkat cerita lagi, ia bertanya mengenai dimana saya sekolah,. Dik, dimana kamu sekolah ? tanyanya dengan nada lelah sambil mengeluarkan ingusnya ke samping kirinya. ough saya sekolah di SMA Al-Islamiyah Teja Barat Kak, jawabku. namun kakak ini bertanya balik sambil menawarkan  sekolah lain yaitu di MA Nurul Ulum. ough bukan kak, di timurnya Sekolah itu. Tak dinyana ternyata sekolah saya tidak dikenal oleh sebagian orang atau mungkin mayoritas tidak mengenalnya. itu kak diutara masjid dekat sungai. (sambil geleng kepala) jawabku.Â
Kemudian serentak sang kakak bilang "ough itu, sekolah yang dikenal dengan nama Dragon..!!!". aku menjawab dengan nada tak percaya. berdiam sejenak "Waduh sekolah dragon lagi yang disebut". Satu tahun lalu terakhir aku mendengarnya dari seorang teman dan dari seorang bapak Rasyid yang menceritakan mengenai mengapa sekolah Al-Islamiyah disebut nama Dragon. Tapi ada seorang teman kenalan baru yang juga tahu tentang sekolah saya. Alangkah mirisnya sekolah saya.
Satu hal yang perlu kita ketahui dibalik cerita tadi bahwa apapun yang orang lain katakan janganlah kita telan mentah-mentah, bisa jadi dibalik semua perkataan itu mengandung hikmah yang sangat besar yang menjadikan kita lebih baik dan lebih serius dalam menghadapi masa depan. Sekolah saya dipanggil Dragon, saya persilangkan. Yang pasti jangan pernah menelan mentah daging yang belum dimasak hingga pada akhirnya perut akan menjadi mual.
Sebuah motivasi dari grup facebook mengatakan begini "Jangan tanya dimana sekolahnya, tapi tanyalah seberapa banyak karya yang diciptakannya". Dari kalimat akan tahu bahwa dimanapun kita sekolah, kuliah ataupun mengenyam pendidikan setinggi mungkin bukanlah yang dinilai sekolahnya tapi kualitas diri sehingga mereka menyanjung sekolah mereka (jangan terbalik) karena kreativitasnya. banyak orang yang menghina kita, mengejek kita atau memaki-maki diri kita.Â
Itu merupakan sebuah ujian Tuhan untuk kita lebih bisa memantaskan diri meraih masa depan yang cerah. Ada banyak ujian Tuhan yang mengganggu jalannya alur indah tuk meraih kesuksesan kita. Ingatlah bahwa sebuah kreativitas, karya yang menjadikan kita akan unggul dalam kehidupan ini, bukan kesenangan dunia yang menjadikan kita lebih baik. Itu semua hanyalah menjadi penopang atau imbuhan hidup. mulailah hari ini untuk memperbaiki diri, menyongsong kehidupan yang indah dimasa depan.
Jadilah seperti akar pohon yang bermanfaat bagi tubuh pohon yang menumbuh besarkan sebuah batang tubuh pohonnya dan bermanfaat bagi sekitarnya. Pohon akan selalu berdaun dan rindang jika akar selalu disiram dengan air. Ambil hikmah dari setiap keadaan, kejadian, karena dibalik semua itu ada banyak hikmah yang bisa kita ambil, toh Allah menciptakan semua ini tidak sia-sia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H