Sekedar Menelisik Lebih jauh menganalisa Pola Pikir Suporter Indonesia Kian merosot pada laga Kontra malaysia yang digadang-gadang El-clasiconya asean.
Gambaran yang menjadi Fakta menarik buat dibahas. SUGBK sebagai stadion kebanggan Indonesia yang terletak di kawasan Ibu Kota Jakarta yang berkapasitas 80.000 penonton ini hanya di isi lebih kurang 1000 pasang mata. Pemandangan kosongnya kursi penonton menjadi sorot tajam mengungkap betapa kekecewaan besar supporter Indonesia pada Perkembangan Persepak bolaan Nasional Khususnya Tim Nasional Garuda Indonesia.
Mari sejenak kita ulur waktu kebelakang, sesak padatnya penonton saat pertandingan kontra malaysia dan riuhnya penonton dengan nyanyian dan benderang dan bahkan menimbulkan korban jiwa. Namun fakta terbalik jadi sorotan yang sangat menarik buat dibahas. Ada apa dengan supporter ? Akankah kecintaannya pada Tim Nasionalnya sudah Luntur ?
Yah... Tak adanya sosok pelatih yang buat mereka tersenyum, tak ada yang menarik dari tim nasional ini dan tak ada yang bisa diberikan pada supporter meski hanya tingkat asean. Inilah masa terburuk sepak bola nasional yang buat mereka enggan sumbangan suara sekedar berteriak 'INDONESIA'.
Kembalikan Senyum Supporter. Itu yang diharapkan ! Jgn buat mereka buram dan bingung bicara apa untuk tim kesayangannya selain berkata 'Buruk dam Memalukan'
Kekalahan terhadap malaysia notabene menjadi kehinaan sepak bola nasional yang terus karam oleh tetangga terdekat. Bagaimana ingin jauh berlayar kenegeri eropa jika di asean saja sudah tenggelam. Menyedihkan !
Putus asa ! Dan tak satupun ada yang bisa membangunkan suporter dari keputus asaan menjadi indikator sepinya SUGBK saat ini.
Apa yang dirasakan Penulis bahkan sama dengan mereka disana yang enggan mendukung Timnas Indonesia secara langsung. Pola pikir waras berkata 'Untuk apa jika hanya menyaksikan kekalahan'
PSSI patut dipersalahkan karena tak serius membangun sepak bola nasional. Terlihat bagaimana menentukan pelatih yang asal2an dan tak berlisensi Internasional. Nil Maizar dan Aji Santoso Tak Layak Tangani Timnas. pernyataan diatas bukan berarti pro terhadap KPSI melainkan keduanya sama busuknya. Hanya mementingkan kedudukan dan eksistensi belaka. Smua egois dan hanya mementingkan kepentingan pihak masing-masing. Saling mendiskriminasi dan saling memboikot dan tak ada rasa peduli sedikitpun terhadap pencinta sepak bola di Indonesia.
Selamat Tinggal PSSI, KPSI dan Timnas. Tak ada yang bisa kami bada kalian. Cukup ! Hentikan politisi bola ... Kami rakyat Indonesia sebagai pencinta sepakbola dengan sisa2 simpatisan memohon kembalikan kepercayaan kami terhadap Timnas, kembalikan keceriaan kami, dan hapus air mata ini menahan sakit karena berulang kali bertekuk tak berdaya diterkam Harimau Malaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H