Secercah bianglala
menjulang di kelokan semburat di barat hamparan langit merekam jutaan rona alam yg tak terlukiskan Berteduh aku di pagi ini Dimuka kusen-kusen yg kacanya mulai kusut memandang aku sebuah botol plastik akua jantungku ikut berdenyut menatap bening tirta yg bersinar rona wajahku tergambar di dinding-dinding plastik kulihat setitik noda melayang-layang berkelebat bebas namun, aku mengerti diri yg dahaga ini hendak meneguk isi botol itu aku tak tega karena hanya sisa sepertiga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H