Mohon tunggu...
Rietma DantiAyuningtyas
Rietma DantiAyuningtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

cooking

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Kontruktivisme dalam Hubungan Internasional

20 Oktober 2024   18:14 Diperbarui: 20 Oktober 2024   18:17 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandangan Konstruktivisme ini muncul sebagai bagian dari perspektif Post Modernisme lainnya ditransformasikan oleh para ilmuan HI sebagai alat analisis dalam HI yang disebabkan oleh keidakpuasan dari sebagian para ilmuan HI dalam menerima penjelasan perspektif arus utama dalam studi HI, yaitu perspektif Realis, Liberalis, dan Strukturalis. Dimana para ilmuan menganggap bahwa ketiga perspektif tersebut  terlalu mengagung-agungkan kekuatan (power) sebagai dasar analisis, sehingga bukannya ikut berkontribusi dalam menciptakan perdamaian dunia, justru asumsi power yang terkandung dalam perspektif arus utama HI justru seringkali mempengaruhi tingkah laku para pelaku hubungan internasional untuk bertindak lebih agresif dan bersifat konfliktual. 

Gagasan Inti dalam Konstruktivisme

Gagasan inti Konstruktivisme setidaknya ada 2 yang relevan bagi studi HI: 

Pertama, konstruktivisme percaya bahwa struktur-struktur yang menyatukan para umat manusia lebih ditentukan oleh shared ideas atau gagasan yang memang diyakini secara bersama dibanding pada kekuatan material. Kedua, konstruktivisme juga percaya bahwa identitas dan kepentingan aktor-aktor lebih ditentukan oleh shared ideas dari pada faktor-faktor alam, dimana tindakan setiap aktor tidak semata-mata ditentukan oleh motif, alasan dan kepentingan mereka, melainkan lebih dibentuk oleh interaksi antar individu dalam lingkungan di sekitarnya struktur sosial, politik, ekonomi, budaya. Dengan kata lain konstruktivisme percaya bahwa dunia sosial merupakan wilayah intersubjektif.

Alexander Wend (1992) menjelaskan setidaknya tiga komponen tentang struktur sosial dalam Konsep Konstruktivisme yaitu,  pengetahuan bersama, sumberdaya material, dan praktik. 

Pengetahuan bersama ini adalah dimensi pengetahuan yang terkontruksi oleh interaksi di antara banyak aktor, bersifat intersubjektif (realitas yang tidak bersandar pada suatu objek akan tetapi berada di lingkup presepsi yang sama menurut semua orang) dan sangat dinamis. Pengetahuan bersama itu kemudian dapat menata, mengatur, dan menjadi acuan bagi aktor-aktor dalam bertingkah laku.

Sementara sumberdaya material merupakan fakta empirik yang lepas sama sekali dari pengetahuan kolekif tersebut. Bahwa peristiwa seperti, Bencana tsunami, ledakan dahsyat gedung WTC sesaat setelah pesawat menaberaknya, KBRI di Malaysia, tentara, pekerja sipil, sejumlah bangunan, kendaraan, perusahaan besar dengan saham dan aneka teknologinya, mall dan sebagainya tidak lebih dari materi-materi yang tak bermakna. 

Ketiga adalah tingkah laku para aktor yang sejatinya merupakan variabel yang dipengaruhi oleh satuan pengetahuan yang mereka bangun sendiri secara kolektif dan bersifat sangat dinamis. 

Jika Konstruktivisme melihat pada beragam dimensi yang bersifat konstruksi gagasan sebagai produk dari interaksi para aktor, seperti wacana, opini, isu, nilai, identitas, norma, budaya. Berbeda dengan perspektif arus utama seperti Realisme, Liberalisme dan Strukturalisme yang menekankan pada para pelaku dan berbagai pola hubungan di antara mereka. 

Contoh penerapan teori Konstruktivisme dalam sebuah kasus, misalnya konstruksi wacana terorisme sehingga mempengaruhi perilaku negara-negara di dunia untuk mengidentitaskan diri dan menempatkan atau menentukan posisinya. Amerika misalnya yang berkontribusi cukup besar membentuk wacana terorisme tersebut, amerika juga dipengaruhi oleh wacana itu. Diamana dalam konteks ini Amerika mengidentitaskan diri sebagai polisi dunia, sehingga menempatkan posisinya sebagai negara yang melawan teroris, dan mempengaruhi tindakannya yang uniteral dengan menginvasi Afganistan yang dianggap sebagai sarang teroris. Sama seperti Amerika, Indonesia mengidentitikan diri sebagai negara yang juga melawan terhadap teroris sehingga otomatis Indonesia telah menempatkan diri bersanding atau berada diposisi sama dengan Amerika dan berlawanan dengan teroris, kemudian membentuk Densus 88, memburu, menangkap hingga mengeksekusi teroris.

Pada intinya pandangan Konstruktivisme ini berusaha menunjukkan bahwa aspek-aspek inti hubungan internasional dikonstruksi secara sosial, Alexander Wendt menyatakan bahwa dua inti dasar konstruktivisme adalah struktur hubungan manusia lebih ditentukan oleh gagasan bersama alih-alih dorongan materi, dan identitas beserta kepentingan aktor yang berkepentingan dikonstruksi oleh gagasan bersama alih-alih diturunkan secara alamiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun