Teori dalam Hubungan Internasional sangat penting untuk dipelajari bagi para studi HI dalam mengalisa sebuah fenomena atau isu internasional. Karena dengan adanya teori tersebut akan mendapatkan penjelasan umum yang memberikan informasi mengenai mengapa dan bagaimana sesuatu fenomena bisa terjadi. Salah satu teori HI yang tak kalah penting untuk dipelajari yaitu Marxisme. Marxisme sendiri dicetuskan oleh seorang tokoh yang dikenal sebagai bapak  pendiri Marxisme yaitu Karl Marx berasal dari Jerman.Â
Pada awalnya gagasan ini dikemukakan oleh Marx sebagai bentuk penentangannya terhadap kaum kapitalis di Eropa pada abad 18, Â ia lahir di pertumbuhan indutri yang berbasis kapitalis dimana kaum proletar dieksploitasi oleh kaum borjuis pada masa itu. Kemudian muncul pemikiran dari Marx bahwa untuk merebut hak sebagai manusia maka kaum kapitalis harus dihancurkan oleh kaum proletar.
Perkembangan Teori MarxismeÂ
- Marxisme Klasik
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa awal dari gagasan yang dicetuskan oleh Marx merupakan resistensi terhadap kaum kapitalis dan menyatakan agar kaum proletar didunia bersatu untuk melawan kaum borjuis dan sistem kapitalis. Marx dan Engels berpendapat adanya perbedaan kewarganegaraan dan pertentangan antara penduduk-penduduk dunia semakin lama semakin hilang, yang disebabkan dengan adanya perkembangan dari kaum borjuis, perdagangan bebas akibat dari adanya pasar dunia dan persamaan dari proses produksi, sehingga kondisi kehidupan setiap penduduk disetiap negara akan semakin sama akibat adanya perkembangan-perkembangan ini. Kemudian pemikiran ini dikembangkan oleh Vladimir I.Lennin yang merupakan pengikut Marx dan menjadi peletak dasar teori ini.Â
Lennin merupakan tokoh sentral pada Revolusi Rusia tahun 1917 yang mendirikan partai Bolshevik kemudian berganti nama menjadi Partai Komunis guna menyatukan kaum proletar di dunia untuk melawan kaum Borjuis di negara masing-masing. Kemudian Lennin juga berpendapat pencapaian tertinggi kapitalisme merupakan imperialisme. perkembangan sistem kapitalisme yang melalui imperialisme akan membuat kondisi perekonomian dunia ini menjadi semakin seragam sehingga mereka semua akan mencapai kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Dimana kapitalisme berkembang dari adanya pasar bebas di dunia, sehingga muncul adanya kekuatan yang memonopoli pasar bebas. Para kaum monopolis ini dapat bertahan apabila mereka bisa menguasai sumber bahan mentah dari negara lain yang menjadi bahan utama dari industri mereka.Â
- Neo Marxisme
Pemikiran ini muncul dari Paul Baran berasal dari Ukraina. Paul berpendapat bahwa sistem kapitalis hanya bisa memekmurkan negara maju saja, sebaliknya apabila sistem tersebut dijalankan di negara berkembang maka negara tersebut akan terus terbelakang. Karena di negara maju kapitalis surplus kekayaan pengusaha akan diinvestasikan di bidang industri sehingga terjadi akumulasi modal terhadap pengusaha tersebut. Sedangkan di negara berkembang, ketika modal asing masuk yang diuntungkan hanya pemerintahan dan pengusaha tertentu, sehingga ketika perusahaan asing membutuhkan lahan maupun tenaga kerja maka kaum yang diuntungkan tersebut akan dengan senang hati membantu. Hal tersebut dapat menimbulkan kemerosotan bagi industri lokal, belum lagi penarikan modal dari pengusaha asing yang pada akhirnya keuntungan ada ditangan mereka sendiri. Kemudian pemikiran ini dikembangkan oleh Andre Gunder Frank yang berasal dari Jerman, pendapatnya tidak jauh berbeda dengan Paul. Ia berpendapat bahwa keterbelakangan negara berkembang ini disebabkan oleh kegiatan ekonomi yang dilakukan negara maju dengan memanfaatkan globalisasi.Â
Immanuel Wallerstein yang merupakan tokoh Neo-Marxisme menjelaskan bahwa sistem dunia terdiri dari tiga bagian yaitu core, semi-periphery, dan peri-phery. Basis pemikiran Wallerstein berasal dari pemikiran Paul Baran dan Andre G.F. tentang ketergantungan dari negara berkembang terhadap negara maju. Ketiga bagian ini memiliki perbedaan yang signifikan dalam kekuatan yang dimiliki pada bidang politik maupun ekonomi. Terlihat jelas apabila yang memiliki kekuatan paling besar adalah kelompok negara core atau maju yang mengeksploitasi negara semi - periphery dan periphery. Juga dengan kelompok negara semi-periphery yang mengambil keuntungan dari kelompok negara periphery. Terakhir adalah kelompok negara periphery yang menjadi sarana eksploitir bagi negara core maupun semi-periphery.
Siklus sistem dunia:
- Negara Core yang memiliki kekuatan dari segi apapun dengan mudah dapat mengekploitasi sumber bahan mentah di negara periphery dengan sumber daya alam melimpah akan tetapi memiliki kekuatan rendah baik dari segi ekonomi, politik, maupun SDMnya.
- Negara Semi-periphery, dimana negara core mengalihkan proses produksinya ke negara yang dianggap siap baik dari segi Sumber Daya Manusia, upah buruh yang murah, kestabilan politik  untuk menghasilkan barang industri yang sederhana. yang mana hal ini dapat menyebabkan negara periphery menjadi negara Semi-periphery.
- Negara Periphery memiliki sumber daya alam melimpah karena keterbatasan pengelolaan, dan hanya bisa menjual bahan mentah yang hanya bernilai rendah dan sistem politik domestik yang tidak stabil sehingga mudah dieksploitasi oleh negara core, sehingga memiliki keuntungan yang jauh lebih sedikit dibanding negara core yang bisa mengelola menjadi barang dengan nilai jual tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H