"Sudah 35 tahun kami bersama." jawabnya.
"Dua hari sebelum kepergian istriku, kami memakan kue pernikahan." Tukasnya.
"Ya aku lihat. Kalian memotong kue itu bersama seperti layaknya sepasang pengantin" jawabku dengan kagum.
Ia pun kembali bercerita.
"Ya , George dengan senang hati membuatkan kue itu untuk kami bahkan ia tak meminta bayaran untuk kue secantik itu. Kau tahu, saat kami memakan kue itu, kami mengingat saat kami menikah. Wajah cantiknya dengan baju pengantinnya tak bisa kulupakan. Itu adalah momen bahagia kami ketika kami sudah sah menjadi sepasang suami istri dan mengikat janji sehidup semati. Ia menerimaku dengan segala keadaanku begitupun sebaliknya, dia adalah wanita terbaik yang telah mengisi hidupku, menjadi pelengkap diriku, menjadi sahabatku sekaligus menjadi mentorku dalam menjalani kehidupan yang sulit ini.
Kau beruntung bisa memiliki pendamping hidup yang dengan tulus mencintaimu. Aku sangat iri padamu. Kau tahu, hal lucu yang mebuat kami tertaawa terbahak bahak hingga orang disekitar kami turt menertawakan kami. "
"Ya aku lihat dan aku pun ikut tertawa saat itu. Melihat kalian tertawa begitu asik membuatku tak bisa  pergi dari tempat dudukku yang lansgung bersebrangan dengan tempat ini. Kalu lihat, kursi itu, itu adalah kursi yang selalu kududki tepat jam 5.15 sore saat kalian sedang asik menghabiskan waktu kalian bersama. Aku adalah penonton setia kebersamaanmu dengan istrimu. Sebenarnya apa yang membuatmu tertawa sebegitu asiknya saat itu? Tanyaku padanya.
"Saat itu aku meminta George untuk membuatkan sepotong kue ulang tahun dengan hiasan berbentuk kelinci putih diatasnya. Saat itu, aku mengajak istriku ke taman hiburan. Aku yang masih menjadi mahasiswa kala itu, dengan PD nya mengajaknya kencan di tempat itu. Kami membeli tiket terusan untuk naik semua wahana di tempat itu. Kami naik roller coster hingga kami mnjerit dan suara kami parau. Aku yang belum makan dari pagi tadi karena sengaja berhemat untuk bisa mengajaknya berkencan, sangat kelaparan  hingga perutku berbunyi sangat keras. Istriku menertawakanku lalu mengajakku ke sebuah kaf di taman bermain itu. Aku yang tak punya uang dan hanya cukup untuk membayarkan bis untuk pulang mencoba menariknya agar tak datang ke kafe itu. Tapi ia menarikku cukup keras hingga aku hampir terjatuh. Ia tertawa terbahak-bahak melihat kelakuanku. Ketika kami makan direstoran itu, aku sengaja izin untuk ke toilet lalu aku dengan gagahnya menuju manajer restaoran. Aku membujuknya bahwa aku akan melakukan apapun yang dimintanya asal kami bisa makan dengan gratis.Ia sangat marah dan hampir mengusir kami, ia mengatakan bahwa mengapa kami makan ditempat seperti ini jika aku tak sanggup untuk membayar ini semua, lalu aku berlutut dan memohon padanya. Melihat kegigihanku ia lalu memberiku sebuah kostum kelinci manis untuk aku pakai menghibur tamu disana. Suaraku yang parau menjadi kelucuan tersendiri saat aku berkomunikasi dengan boneka ini. Ketika musik dimulai, aku langsung berjoget dengan lincah, istriku yang tak tahu bahwa itu aku, memfoto ku dengan kamera kecilnya. Aku lalu mendekatinya dan mengajaknya berjoget. Lalu kami berdansa dan berjoget dengan asiknya. Ia kaget bukan main ketika mengetahui bahwa kelinci manis itu adalah aku. Tapi ia lalu kebelakang dan kembali dengan kostum kelinci jantan. Aku tertawa bukan main karena ia berakting sangat lucu dengan kostum itu layaknya bugs bunny dalam Looney Toones. Kami berjoet hingga enam lagu usai. Sang manager sangat menyukai kami dan ia menepati janjinya untuk membiarkan kami makan gratis saat itu." Sahutnya seraya sesekali tertawa.
"Aku kagum pada istrimu, ia tak malu untuk melakukan hal gila denganmu. " jawabku
"Ya itulah mengapa, aku sangat mencitainya.Aku sangat ingin menangis, ketika kami makan kue di hari kelima, saat itu , itu adalah kue favoritnya, sepotong cheese cake vanilla yang lembut. Kami hanya mengobrol tanpa memikirkan masa lalu kami. Kami hanya mengungkapkan harapan kami masing-masing. Ia menginginkan agar kami masih bisa bersama untuk lima,sepuluh ataupun dua puluh tahun kedepan. Ia tak ingin apapun, kekayaan, harta, popularitas itu semu ia bilang. "Lalu istriku berkata bahwa dia sudah merasa cukup dengan penghasilanku. ia bahagia hanya dengan menyiapkan sarapan ataupun hanya duduk disebelahku sambil menemaniku membaca koran. Lalu kemudian ia berkata bahwa seandainya, waktu nya berakhir, dia hanya ingin aku tahu bahwa dia sangat mencintaiku dan akan selalu mencintaiku hingga saat kami bertemu lagi di surga.". "Saat itu ia tertidur di pundakku.Itulah percakapan terakhir kami karena setelah itu ia sudah tertidur lelap dan tak pernah bangun lagi." sahutnya menceritakan padaku dengan suara bergetar.
Lalu ia memberikan cerita akhirnya padaku,