Mohon tunggu...
Riendita R P
Riendita R P Mohon Tunggu... Lainnya - Kampus UMB Dosen Pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Mahasiswa S2 Akuntansi Mercu Buana NIM 55522110024

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus Struktur Fabula dan Plot Kebijakan Pemeriksaan

6 Juli 2024   00:28 Diperbarui: 6 Juli 2024   00:28 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Apa Pengertian dari Diskursus Struktur Fabula dan Plot Kebijakan Pemeriksaan?

Diskursus Struktur Fabula

Struktur fabula merupakan salah satu aspek fundamental dalam analisis naratif. Fabula dapat dipahami sebagai rangkaian peristiwa yang disusun secara kronologis dalam sebuah cerita. Secara sederhana, fabula adalah "apa yang terjadi" dalam cerita, yang kemudian diolah oleh pengarang menjadi sebuah plot. Dalam struktur fabula, semua peristiwa yang terjadi dianggap sebagai bagian dari sebuah urutan linier yang tidak dipengaruhi oleh teknik naratif atau sudut pandang.

Misalnya, dalam sebuah cerita tentang seorang pahlawan yang menyelamatkan dunia, fabula mencakup semua peristiwa penting yang terjadi: bagaimana pahlawan tersebut mendapatkan misi, tantangan apa yang dihadapinya, bagaimana dia mengatasinya, hingga akhirnya mencapai tujuannya. Semua ini disusun dalam urutan waktu yang logis dan kronologis.

Namun, penting untuk diingat bahwa dalam bentuk naratif yang sebenarnya, peristiwa ini mungkin tidak diceritakan dalam urutan kronologis. Di sinilah plot masuk, mengatur ulang peristiwa-peristiwa ini untuk menciptakan efek dramatis, ketegangan, atau kejutan. Oleh karena itu, memahami fabula adalah langkah pertama dalam memahami struktur cerita secara keseluruhan karena memberikan gambaran dasar dari urutan peristiwa yang mendasari cerita tersebut.

Plot Kebijakan Pemeriksaan

Plot kebijakan pemeriksaan, dalam konteks ini, bisa merujuk pada narasi atau alur cerita yang berkaitan dengan implementasi dan dampak dari kebijakan pemeriksaan dalam suatu sistem, seperti sistem pendidikan atau birokrasi pemerintahan. Ini mencakup bagaimana kebijakan pemeriksaan tersebut dirumuskan, diterapkan, dan bagaimana dampaknya dirasakan oleh berbagai pihak yang terlibat.

Misalkan kita mengambil contoh kebijakan pemeriksaan dalam sistem pendidikan. Plot kebijakan pemeriksaan akan mencakup:

  1. Latar Belakang dan Motivasi Kebijakan: Mengapa kebijakan pemeriksaan ini diperlukan? Mungkin ada masalah dengan kualitas pendidikan, kesenjangan pendidikan, atau tekanan untuk memenuhi standar internasional.
  2. Proses Perumusan Kebijakan: Bagaimana kebijakan ini dirumuskan? Siapa saja pihak yang terlibat dalam perumusan kebijakan? Apakah ada penelitian atau data yang mendasari kebijakan ini?
  3. Implementasi Kebijakan: Bagaimana kebijakan ini diterapkan di lapangan? Apakah ada pelatihan untuk para guru dan staf? Bagaimana kebijakan ini disosialisasikan kepada siswa dan orang tua?
  4. Dampak Kebijakan: Bagaimana kebijakan ini mempengaruhi siswa, guru, dan sistem

Bagaimana Implementasinya dalam bidang terkait?

 Latar Belakang dan Motivasi Kebijakan

Kebijakan pemeriksaan pendidikan sering kali dirumuskan sebagai respons terhadap berbagai tantangan dalam sistem pendidikan. Beberapa alasan utama mengapa kebijakan ini diperlukan meliputi:

1. Kualitas Pendidikan: Ada kebutuhan untuk memastikan bahwa semua siswa menerima pendidikan yang bermutu tinggi. Kebijakan pemeriksaan membantu mengukur sejauh mana kurikulum dan metode pengajaran efektif dalam mencapai tujuan pendidikan.

  

2. Kesenjangan Pendidikan: Terdapat kesenjangan signifikan antara berbagai kelompok sosial-ekonomi, daerah perkotaan dan pedesaan, serta sekolah negeri dan swasta. Kebijakan ini dapat membantu mengidentifikasi dan mengatasi kesenjangan tersebut, memastikan akses yang lebih merata terhadap pendidikan berkualitas.

  

3. Standar Internasional: Banyak negara menghadapi tekanan untuk memenuhi standar pendidikan internasional agar lulusannya dapat bersaing di pasar global. Kebijakan pemeriksaan memastikan bahwa sistem pendidikan nasional sesuai dengan standar global tersebut.

  

4. Akuntabilitas: Kebijakan pemeriksaan juga berfungsi sebagai alat untuk mempertanggungjawabkan kualitas pendidikan yang diberikan oleh sekolah dan lembaga pendidikan. Ini penting untuk transparansi dan penjaminan mutu pendidikan.

Bagaimana untuk mengetahui  Proses Perumusan Kebijakan ?

Proses perumusan kebijakan pendidikan biasanya melibatkan beberapa tahapan dan pihak yang berkepentingan:

1. Penelitian dan Data: Sebelum merumuskan kebijakan, biasanya dilakukan penelitian dan pengumpulan data untuk memahami kondisi dan kebutuhan sistem pendidikan. Ini melibatkan analisis statistik, survei, dan studi kasus.

  

2. Pihak yang Terlibat: Proses perumusan kebijakan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, guru, siswa, orang tua, dan pakar pendidikan. Partisipasi berbagai pihak ini penting untuk mendapatkan perspektif yang komprehensif dan memastikan bahwa kebijakan yang dihasilkan dapat diterima dan diimplementasikan dengan baik.

  

3. Konsultasi Publik: Dalam beberapa kasus, proses perumusan kebijakan juga melibatkan konsultasi publik untuk mendapatkan masukan dari masyarakat luas. Ini bisa berupa forum diskusi, pertemuan publik, atau survei online.

  

4. Drafting dan Revisi: Setelah mendapatkan cukup data dan masukan, draft kebijakan dibuat dan biasanya melalui beberapa tahap revisi berdasarkan umpan balik yang diterima. Draft ini kemudian diajukan untuk persetujuan oleh otoritas yang berwenang.

 Implementasi Kebijakan

Setelah kebijakan dirumuskan dan disetujui, langkah selanjutnya adalah implementasi di lapangan. Tahapan ini melibatkan:

1. Pelatihan Guru dan Staf: Para guru dan staf pendidikan perlu dilatih untuk memahami dan menerapkan kebijakan baru ini. Pelatihan ini mencakup metodologi pengajaran baru, penggunaan alat evaluasi, serta pendekatan-pendekatan pembelajaran yang sesuai.

  

2. Sosialisasi kepada Siswa dan Orang Tua: Kebijakan baru harus disosialisasikan kepada siswa dan orang tua untuk memastikan mereka memahami tujuan dan manfaatnya. Ini bisa dilakukan melalui pertemuan sekolah, surat edaran, atau media komunikasi lainnya.

  

3. Penyediaan Sumber Daya: Implementasi kebijakan memerlukan sumber daya tambahan seperti materi pembelajaran, alat evaluasi, dan teknologi pendidikan. Pemerintah atau pihak yang berwenang perlu memastikan ketersediaan sumber daya ini.

  

4. Monitoring dan Evaluasi: Selama implementasi, perlu dilakukan monitoring dan evaluasi untuk memastikan kebijakan dijalankan dengan benar dan memberikan dampak yang diharapkan. Hasil monitoring ini juga penting untuk perbaikan kebijakan di masa mendatang.

Apa Saja Dampak Kebijakan tersebut?

Dampak kebijakan pemeriksaan terhadap berbagai aspek dalam sistem pendidikan meliputi:

1. Siswa: Kebijakan pemeriksaan dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa dengan memberikan umpan balik yang jelas tentang kemajuan mereka. Namun, ada juga risiko tekanan berlebih pada siswa jika kebijakan terlalu berfokus pada hasil ujian.

  

2. Guru: Guru dapat merasakan peningkatan dalam kualitas pengajaran mereka karena kebijakan pemeriksaan sering kali disertai dengan pelatihan dan sumber daya tambahan. Namun, mereka juga mungkin menghadapi tekanan tambahan untuk mencapai target tertentu.

  

3. Sistem Pendidikan: Secara keseluruhan, kebijakan pemeriksaan dapat meningkatkan standar pendidikan dan akuntabilitas dalam sistem pendidikan. Ini juga dapat membantu dalam perencanaan dan pengalokasian sumber daya yang lebih efektif berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan.

  

4. Orang Tua dan Masyarakat: Dengan adanya kebijakan pemeriksaan, orang tua dan masyarakat umum dapat lebih memahami kualitas pendidikan yang diberikan kepada anak-anak mereka dan berperan lebih aktif dalam proses pendidikan.

Melalui kebijakan pemeriksaan yang dirancang dan diimplementasikan dengan baik, diharapkan dapat tercipta sistem pendidikan yang lebih adil, bermutu tinggi, dan mampu memenuhi tuntutan zaman.

Diskursus tentang Struktur Fabula dan Plot dalam Kebijakan Pemeriksaan memiliki dua komponen utama yang saling berkaitan, yaitu struktur fabula dan plot. Masing-masing komponen ini memiliki peran penting dalam memahami dinamika dan alur kebijakan pemeriksaan dalam suatu konteks tertentu.

 Struktur Fabula

Struktur fabula merujuk pada urutan peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita atau narasi, yang disusun secara kronologis. Dalam konteks kebijakan pemeriksaan, struktur fabula ini melibatkan semua langkah dan tahapan yang diambil mulai dari inisiasi pemeriksaan hingga penyelesaian kasus. Struktur fabula ini memetakan setiap kejadian yang terlibat dalam proses pemeriksaan, termasuk pengumpulan data, analisis bukti, wawancara saksi, hingga penentuan keputusan akhir.

Misalnya, dalam kasus pemeriksaan dugaan korupsi, struktur fabula akan mencakup:

1. Laporan awal atau pengaduan.

2. Pengumpulan bukti awal oleh tim pemeriksa.

3. Penentuan apakah ada dasar untuk melanjutkan penyelidikan.

4. Wawancara dengan saksi dan pihak yang terkait.

5. Analisis data dan bukti yang dikumpulkan.

6. Penyusunan laporan hasil pemeriksaan.

7. Keputusan tentang langkah lanjutan, apakah akan dibawa ke pengadilan atau penyelesaian internal.

Struktur fabula membantu dalam memahami alur logis dari pemeriksaan tersebut, dan memungkinkan pihak-pihak yang terlibat untuk mengikuti perkembangan kasus dari awal hingga akhir secara sistematis.

 Plot dalam Kebijakan Pemeriksaan

Plot, berbeda dengan fabula, tidak hanya berfokus pada urutan kronologis kejadian tetapi juga pada cara peristiwa tersebut disajikan dan dihubungkan satu sama lain untuk membangun narasi yang koheren dan menarik. Plot dalam kebijakan pemeriksaan menggambarkan bagaimana setiap tahapan pemeriksaan diatur dan disajikan untuk mencapai tujuan tertentu, seperti keadilan, transparansi, dan akuntabilitas.

Plot dalam kebijakan pemeriksaan melibatkan strategi naratif yang digunakan untuk menyusun dan mengomunikasikan hasil pemeriksaan. Misalnya, cara penyajian laporan akhir pemeriksaan dapat dirancang untuk menyoroti temuan-temuan kunci, menunjukkan bukti-bukti yang paling signifikan, dan mengartikulasikan rekomendasi yang jelas dan dapat ditindaklanjuti.

Elemen plot yang penting dalam kebijakan pemeriksaan meliputi:

1. Eksposisi: Menyajikan latar belakang kasus dan konteks yang relevan untuk memberikan pemahaman awal kepada audiens.

2. Konflik: Mengidentifikasi isu-isu utama atau permasalahan yang ditemukan selama pemeriksaan.

3. Klimaks: Menyajikan temuan utama dari pemeriksaan, yang sering kali merupakan momen paling kritis dalam laporan.

4. Penyelesaian: Menyusun rekomendasi atau tindakan yang perlu diambil berdasarkan temuan-temuan tersebut.

Dengan menggunakan plot, kebijakan pemeriksaan dapat dibuat lebih efektif dalam menyampaikan pesan dan mencapai tujuan pemeriksaan. Plot memungkinkan narasi pemeriksaan menjadi lebih dinamis dan mampu menarik perhatian audiens, baik itu pihak internal maupun publik, sehingga meningkatkan kemungkinan diterimanya rekomendasi dan tindak lanjut yang diperlukan.

 Analisis Kritis

Dalam menganalisis struktur fabula dan plot kebijakan pemeriksaan, penting untuk mempertimbangkan beberapa aspek kritis. Pertama, apakah urutan peristiwa dalam struktur fabula telah disusun secara logis dan komprehensif? Apakah semua tahapan penting telah dicakup? Kedua, dalam hal plot, apakah narasi pemeriksaan disusun dengan cara yang jelas dan menarik? Apakah temuan utama disajikan dengan cukup bukti dan analisis yang mendalam? Dan terakhir, apakah rekomendasi yang diberikan realistis dan dapat diimplementasikan?

Dengan memadukan pemahaman tentang struktur fabula dan plot, kita dapat menghasilkan kebijakan pemeriksaan yang lebih kuat, lebih transparan, dan lebih efektif dalam mencapai tujuannya. Ini tidak hanya membantu dalam mengatasi permasalahan yang ada tetapi juga dalam membangun kepercayaan publik terhadap proses pemeriksaan dan institusi yang terlibat.

Penutup

Dalam analisis mendalam mengenai struktur fabula dan plot dalam kebijakan pemeriksaan, kita telah melihat bagaimana kedua elemen ini memainkan peran yang vital dalam menyusun dan mengomunikasikan proses pemeriksaan. Struktur fabula memberikan kerangka kronologis yang sistematis, memetakan setiap tahapan penting dari awal hingga akhir pemeriksaan. Sementara itu, plot menghidupkan narasi tersebut, menjadikannya lebih dinamis dan menarik bagi audiens, serta memastikan bahwa pesan dan temuan pemeriksaan disampaikan dengan efektif.

Dalam bab-bab sebelumnya, kita telah membahas secara rinci bagaimana setiap elemen ini berfungsi. Struktur fabula memastikan bahwa setiap langkah dalam proses pemeriksaan diatur secara logis dan komprehensif, mulai dari laporan awal hingga keputusan akhir. Dengan memahami alur logis ini, para pihak yang terlibat dalam pemeriksaan dapat mengikuti dan mengevaluasi setiap tahapan dengan lebih baik, serta memastikan bahwa tidak ada langkah penting yang terlewatkan.

Di sisi lain, plot dalam kebijakan pemeriksaan membantu menyusun narasi yang koheren dan menarik, yang tidak hanya memudahkan pemahaman tetapi juga meningkatkan keterlibatan dan perhatian audiens. Dengan menggunakan strategi naratif yang efektif, seperti eksposisi, konflik, klimaks, dan penyelesaian, hasil pemeriksaan dapat disajikan dengan cara yang lebih persuasif dan meyakinkan. Ini sangat penting dalam memastikan bahwa temuan dan rekomendasi yang dihasilkan dari pemeriksaan dapat diterima dan ditindaklanjuti oleh pihak yang berwenang.

Kombinasi dari struktur fabula dan plot yang kuat menghasilkan kebijakan pemeriksaan yang lebih transparan, akuntabel, dan efektif. Struktur yang jelas memastikan bahwa proses pemeriksaan berjalan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, sementara plot yang menarik membantu dalam menyampaikan hasil dan rekomendasi dengan cara yang dapat dipahami dan diterima oleh audiens yang lebih luas.

Namun, penting juga untuk mengakui tantangan dan keterbatasan dalam menerapkan struktur fabula dan plot dalam kebijakan pemeriksaan. Kesalahan dalam menyusun struktur fabula dapat menyebabkan hilangnya informasi penting atau ketidakjelasan dalam proses pemeriksaan. Sementara itu, plot yang tidak efektif atau tidak sesuai dapat membuat temuan pemeriksaan sulit dipahami atau tidak meyakinkan.

Oleh karena itu, evaluasi terus-menerus dan penyesuaian dalam pendekatan ini sangat diperlukan. Dengan begitu, kita dapat terus meningkatkan kualitas kebijakan pemeriksaan, memastikan bahwa setiap proses pemeriksaan dilakukan dengan cara yang paling efektif dan efisien, serta menghasilkan temuan dan rekomendasi yang dapat diandalkan dan berdampak positif.

Sebagai penutup, penting untuk menekankan bahwa memahami dan mengimplementasikan struktur fabula dan plot dengan baik bukanlah tujuan akhir, melainkan alat untuk mencapai tujuan yang lebih besar, yaitu keadilan, transparansi, dan akuntabilitas dalam setiap proses pemeriksaan. Dengan pendekatan yang kritis dan berkelanjutan, kita dapat memastikan bahwa kebijakan pemeriksaan tidak hanya sekadar formalitas, tetapi menjadi instrumen yang nyata dalam mencapai perubahan yang lebih baik dalam sistem dan institusi yang kita kelola.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun