Mohon tunggu...
Ririn Aprilia
Ririn Aprilia Mohon Tunggu... Notaris - notaris

Mom of two boys, love simple life, grateful and love the sky much......

Selanjutnya

Tutup

Horor

Dia Tertawa di Atas Kepala Sambil Terbang

6 Januari 2024   18:10 Diperbarui: 6 Januari 2024   18:16 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Ini adalah pengalaman kesekian kali saya yang berhubungan dengan mereka yang tak terlihat. Kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman saya saat masih kuliah pada tahun 2000.

Langsung saja ya, waktu itu saya kuliah di salah satu PTN di Purwokerto, pada semester akhir. Pada saat itu kami sudah ujian akhir semester, dan dapat libur selama dua minggu. Dan Kebetulan ada teman kos saya yang asal Pekalongan sebut saja Iin, mengajak saya untuk berlibur di rumahnya di Pekalongan. Sayapun mengiyakan untuk bisa ikut dengannya untuk berlibur di kampung halamannya.

Kami berangkat dari kos pagi-pagi jam 8, naik motor berdua dengan Iin. Yang menyetir Iin, dan saya yang membawa tas ransel di belakang diboncengnya. Dari Purwokerto, kami melewati jalur purbalingga, lalu pemalang dan sampai pekalongan. Berangkat dari jam 8 sampai Pekalongan jam 11 siang. Yaah sekitar 3 jam perjalanan, cukup bikin badan pegal luar biasa sih.

Sampai rumah Iin, saya lalu istirahat, makan dan mandi, sorenya kami berencana main ke rumah teman kami yang lain yaitu Joko, di sebuah desa yang masih di pelosok dan hanya bisa dilalui motor karena daerahnya yang masih rimbun dikelillingi pohon-pohon menjulang tinggi dan jalan setapak yang hanya dari batu-batuan dan tanah merah, sementara kanan kiri adalah jurang.

Kami berangkat pukul 3 sore, sampai di desa Joko tersebut sekitar jam 4 sore lebih. Setelah melepas silaturahim, ngobrol-ngobrol dan sebagainya, gak terasa waktu sudah menunjukan pukul 6 malam, karena rumahnya masih di pelosok, jadi walopun baru jam 6 suasana desa sangat sepi dan gelap gulita, karena penerangan masih minim di desa tersebut, hanya lampu minyak dan petromak, adapun yang memakai lampu listrik bisa dihitung oleh jari.

Karena waktu sudah malam ditambah hujan gerimis, teman saya Joko, tidak tega kami pulang hanya berdua naik motor, akhirnya dia mau mengantarkan kami hingga jalan besar di desanya. Saya dibonceng oleh Joko, sementara Iin dibonceng kakaknya Joko.

Saya yang jalan duluan bersama Joko, lalu diikuti Iin. Rumah Joko yang sangat dipelosok ini mengharuskan kami melewati jalanan setapak bebatuan tadi yang kanan kirinya pohon-pohon karet menjulang tinggi, bagi siapapun pasti gak bakalan mau malam-malam keluar rumah naik motor ditambah hujan yang rintik-rintik dan terkesan mencekam.

Di sepanjang perjalanan saya dan Joko ngobrol tentang hal apapun untuk  mengusir rasa sepi dan ketakutan saya. Tak terasa motor yang kami kendarai, sudah jauh melewati jalanan rumah Joko yang sunyi sepi tersebut. Sementara Iin dan kakanya Joko semakin tidak terlihat bahkan sinar lampu motornyapun tidak terlihat. Tiba-tiba perasaan Saya mulai gak enak, tapi saya berusaha terlihat tenang selama dalam perjalanan tersebut, Joko yang menyetir masih terus bercerita tentang hal-hal yang lucu agar suasana sepi selama perjalanan ini jadi lebih santai, tapi tetap saja Saya yang diboncengnya sangat-sangat tidak nyaman jika sadar disepanjang jalan yang kami lalui tidak ada satupun manusia yang lewat. Hanya suara desiran angin malam dan rintik hujan.

Tiba-tiba, samar-samar saya mendengar seperti ada suara perempuan yang tertawa, awalnya hanya terdengar tawa lirih, lalu lama-lama suara tawa itu menggema dan melengking berkali-kali bersamaan desiran suara angin (hiihiii...hiiiii.hiiiiiii.hiiiiiiiii......) tapi anehnya suara itu terdengar di sisi sebelah kanan telinga dan seperti sedang terbang menjauh. Seakan-akan yang tertawa tersebut sedang terbang di atas saya dan menjauh. Saya yang dari tadi mulai mendengarkan dengan seksama mulai merinding dan panik, badanpun gemetar hingga telapak kaki yang menginjak pijakan juga ikut gemetaran, dan sebisa mungkin saya berdoa dan memohon agar motor yang kami kendarai tidak mogok secara tiba-tiba, karena mengingat jalanan yang sepi dan ditengah-tengah hutan yang jauh dari rumah penduduk, apalagi kanan kiri adalah jurang.

Dalam kondisi panik tersebut ingin sekali saya bertanya ke Joko, apakah dia mendengar suara lengkingan tawa perempuan tersebut? Tapi saya terlalu takut untuk bertanya, dan sepertinya Joko juga diam saja seperti tidak merasakan ada sesuatu. Suara tawa itu terus menerus terdengar di atas telinga saya, sampai terdengar semakin samar-samar. Ingin rasanya saya menengok ke belakang, dan memastikan ada apa di belakang saya, apakah ada kendaraan lain selain saya atau mungkin saya bisa melihat motor yang dikendarai Iin. Tapi saya juga terlalu takut untuk sekedar menengok ke belakang, takut tiba-tiba ada yang ikut berboncengan dengan saya atau ada mahkluk tak kasat mata lain yang sedang terbang mengejar kami berkendara. Sungguh sangat mencekam dan menakutkan sekali membayangkannya.

Sambil terus berdoa sebisa mungkin saya dan Joko masih terus melanjutkan perjalanan meski dengan tubuh masih gemetaran. Hingga akhirnya, saya dan Joko tiba juga di jalan besar dimana sudah berada dilokasi yang ramai dan banyak kendaraan lalu lalang. Saya berhenti dan menunggu kedatangan Iin. Sambal menunggu kami berdua masih terdiam. Hingga tak lama Iin datang bersama kakanya Joko. Lalu kami berempat mulai membuka percakapan, dan saya langsung bertanya ke Joko tentang kejadian ditertawakan tadi, apakah dia juga mendengarnya? Joko menjawab: "Iyo aku yo kerungu, tapi aku meneng ae wedi kowe pingsan nang kono..." artinya: iya aku denger, tapi aku diem aja takut kamu pingsan di sana..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun