Kawasan bencana Merapi kini sudah tak mencekam seperti pada saat berstatus awas. Lereng merapi ditinggalkan penghuninya lebih dari sebulan lamanya. Setelah erupsi tanggal 5 November 2010, kawasan Lereng merapi sejauh 20 Km menjadi KRB alias Kawasan rawan bencana, banyak warga yang menghindari kawasan tersebut untuk mengungsi ketempat yang lebih aman. Hanya beberpa orang saja yang berani datang mendekat kelokasi tersebut untuk sekedar menengok dan memberi pakan ternak mereka. Setelah hampir lebih dari 2 bulan dan berstatus awas, merapi kini sudah tak menunjukkan aktifitasnya hanya sesekali mengeluarkan asap sulfatara. Meskipun demikian bahaya sekunder merapi masih mengancam yaitu lahar dingin. Sejak 2 bulan terakhir, kawasan rawan bencana seperti Bronggang, Jambon, Cangkringan, Kepuhharjo, atau kawasan lain  yang sudah ludes tersapu wedhus gembel berubah menjadi KRP alias Kawasan Rawan Pengunjung menjadi tren wisata. Kawasan tersebut lebih banyak peminatnya dibanding tempat wisata lainnya sampai-sampai disepanjang jalan kita dapat melihat sejumlah papan peringatan yang menyebutkan. Terbukti apabila kita datang kesana terlihat antrian kendaraan yang padat  ingin menuju puncak merapi, untuk melihat TKP, dari wisatawan domestik hingga wisatawan manca ingin berkunjung kesana sekedar berfoto dan melihat hasil erupsi merapi. Namun berkunjung ke kawasan merapi memang tidak terlalu mudah, perlu membawa cukup uang untuk melalui jalan  menuju kesana. Mengapa demikian? hal itu dikarenakan di sepanjang perjalanan kita akan menemui warga yang membawa kardus sekedar meminta sumbangan untuk para pengungsi, serta menjadikan kawasan bencana menjadi tempat mencari nafkah bagi warga sekitar. Bayangkan saja hampir setiap  20 meteran di beberapa pintu masuk hanya dijaga oleh warga sekitar dan mereka membuka pos sumbangan sukarela bagi pengunjung yang ingin melihat kondisi daerah yang terkena bencana Gunung Merapi tersebut.  Bahkan di kawasan tersebut dibuka warung-warung seperti kawasan wisata pada umumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H