Individu yang memiliki ciri kepribadian narsistik mungkin sudah familiar bagi sebagian dari kita atau setidaknya kita pernah mendengar tentang mereka. Dalam era berkembang ini, peningkatan pemahaman terhadap gangguan kepribadian ini telah menciptakan diskusi dan perhatian yang signifikan. Artikel ini akan membahas esensi sifat orang narsistik, mengulas argumen yang mendukung perspektif ini, dan merujuk pada sumber-sumber yang relevan.
Berbagai riset psikologis yang telah dilakukan mengungkap karakteristik narsistik dan dampaknya pada individu dan masyarakat. Sebuah contoh nyata adalah hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psychology, yang menunjukkan bahwa individu dengan sifat narsistik cenderung memiliki hubungan interpersonal yang kurang harmonis, baik dengan rekan kerja maupun teman, serta sering terlibat dalam konflik antarpribadi yang lebih tinggi. Temuan ini menegaskan bahwa perilaku egois mereka dapat merintangi kualitas interaksi sosial dan hubungan personal.
Selain itu, sebuah studi dari University of Manchester menemukan bahwa individu narsistik kerap mengejar ambisi tinggi diranah bisnis dan politik. Namun, disayangkan bahwa mereka juga lebih mungkin terlibat dalam praktik manipulative dan sering menilai rendah orang lain sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi mereka. Penelitian ini memberikan wawasan lebih dalam mengenai sifat dan karakteristik orang narsistik yang berpotensi mempengaruhi dinamika organisasi dan masyarakat secara keseluruhan.
Referensi dari para ahli psikologi terkemuka seperti Sigmund Freud dan Carl Jung juga diperkenalkan. Menurut Freud, narsisme dipahami sebagai mekanisme pertahanan yang muncul akibat trauma masa kecil atau kurangnya perhatian yang memadai. Jung menekankan pentingnya memahami sifat narsistik sebagai bagian integral dari individu yang kompleks, menyoroti perlunya pemahaman holistik terhadap dinamika kehidupan yang melibatkan kondisi ini.
Sebagai kesimpulan, sifat orang narsistik telah menjadi pusat perhatian dan penelitian yang meluas dalam beberapa dekade terakhir. Argumen dan referensi yang telah diulas mendukung pandangan tentang sifat narsistik, baik melalui riset ilmiah maupun pandangan para ahli terkemuka. Memahami dampak dan karakteristik orang narsistik merupakan langkah awal yang penting dalam menghadapi tantangan yang muncul dari interaksi dengan individu semacam itu di tengah masyarakat yang semakin kompleks.
Referensi:Â
Campbell, W. K., Goodie, A. S., & Foster, J. D. (2004). Narcissism, confidence, and risk attitude. Journal of Behavioral Decision Making, 17(4), 297-311.
Grijalva, E., Harms, P. D., Newman, D. A., Gaddis, B. H., & Fraley, R. C. (2015). Narcissism and leadership: A meta-analytic review of linear and nonlinear relationships. Personnel Psychology, 68(1), 1-47.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H