Terhitung mulai februari 2014 The Fed memutuskan untuk mengurangi lagi program stimulusnya atau kebijakan tapering off sebesar 10 miliar dollar AS. Keputusan ini diambil berdasarkan hasil rapat terakhir FOMC atau Federal Open Market Committee yang dipimpin oleh ketua The Fed Ben Bernanke yang akan berakhir masa jabatannya pada 31 Januari 2014 dan akan digantikan oleh wakilnya Janet Yellen. Keputusan ini diumumkan pada pukul 2 dini hari tadi waktu Indonesia. Sehingga mulai februari 2014 stimulus yang akan digenlontorkan oleh The Fed menjadi tinggal sebesar 65 miliar dollar AS per bulan.
Lalu apa dampak dari kebijakan ini terhadap perekonomian dunia? Dampaknya langsung terasa hari ini. Bursa saham di kawasan Asia melorot secara keseluruhan. Bursa saham Singapura ditutup menurun sebesar 0,68 persen, bursa saham Manila melemah sebesar 0,75 persen, bursa Tokyo pun melemah sebesar 2,45 persen atau 376,85 poin ke level 15.007,06, adapun bursa Hongkong pun turut melemah sebesar 0,48% atau 106,19 poin. Adapun untuk kawasan luar Asia, bursa Sydney ditutup melemah sebesar 0,78 persen atau 40,9 poin. Bahkan Wall Street pun melemah pada pembukaan rabu kemarin. Hal ini menunjukkan seberapa besar pengaruh dollar AS terhadap perekonomian global.
Tetapi yang menarik dari hal ini adalah justru IHSG ditutup menguat hari ini sebesar 0,03 persen atau sebesar 1,4 poin ke level 4.418,75. Bahkan pada penutupan hari ini indeks harga saham gabungan menembus level psikologis yaitu pada level 4.400. Bukan angka yang besar tentunya,tetapi ini menunjukkan hal yang positif sebab menurut laporan Kompas,IHSG sempat melemah sebesar 0,68 persen pada pukul 14.20 hari ini. Tentunya hal ini cukup menggembirakan karena IHSG bisa ditutup menguat ditengah bursa global yang sebagian besar melemah akbiat kebijakan The Fed yang memutuskan akan mengurangi stimulusnya. Biasanya IHSG ditutup melemah saat The Fed memutuskan untuk mengurangi stimulusnya pada Tapering off tahun 2013 lalu.Tetapi yang terjadi hari ini justru sebaliknya.
Hal ini menandakan bahwa mulai pulihnya kepercayaan pasar global dan investor global terhadap perekonomian Indonesia. Tentunya hal ini menandakan bahwa perekonomian Indonesia mulai membaik dan mulai pulih dari segala macam penyakitnya. Ada pula indikator lain yang tak kalah menggembirakan yaitu nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS hari ini menguat sebesar 0,59 persen ke level 12.226 per dollar AS. Hal ini sungguh menggembirakan karena penguatan Rupiah terjadi pada hari pengumuman The Fed akan mengurangi stimulusnya. Biasanya pada hari The Fed mengumumkan akan mengurangi stimulusnya, Rupiah akan melemah terhadap dollar AS karena para investor akan beralih ke dollar AS dan meninggalkan Rupiah karena dianggap saat pengurangan stimulus dilakukan dollar AS akan menjadi lebih “langka”. Memang benar saat program pengurangan stimulus The Fed berlaku efektif dollar AS yang beredar di dunia akan menjadi lebih sedikit, tetapi yang menggembirakan dari penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS setelah pengumuman pengurangan stimulus oleh The Fed adalah hal ini menunjukkan bahwa setelah pengumuman tapering off itu kalangan yang memegang Rupiah tidak beralih ke dollar AS dan meninggalkan rupiah sehingga Rupiah bisa menguat.
Hal ini menandakan apa? Tentunya hal ini menandakan bahwa investor mulai percaya berinvestasi atau melakukan kegiatan perekonomian dengan Rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa baik investor maupun pasar global percaya bahwa perekonomian Indonesia mulai kokoh sehingga mereka berani untuk mempercayai Rupiah. Dari indikator menguatnya IHSG pada penutupan hari ini dan menguatnya nilai tukar Rupiah pada hari ini setelah pengumuman rencana tapering off oleh The Fed mulai bulan depan menunjukkan bahwa ketergantungan Rupiah terhadap dollar AS mulai menurun.
Apa yang bisa disimpulkan dari hal ini bahwasannya permintaan Indonesia terhadap dollar AS mulai menurun dan permintaan terhadap Rupiah meningkat. Dan hal ini mungkin bisa berarti bahwa Ekspor Indonesia mulai meningkat dan Impor Indonesia mulai menurun. Memang ini baru spekulasi karena belum ada data resmi yang dirilis oleh BPS terkait neraca perdagangan Indonesia per Januari 2014. Tetapi apapun penyebabnya entah itu terkait ekspor-impor atau sentimen positif oleh pasar global yang jelas semua hal diatas menandakan bahwa perekonomian Indonesia sudah mulai sembuh dari segala “penyakit”nya. Diharapkan kedepannya hal ini tidak hanya terjadi sesaat tetapi berkelanjutan sehingga perekonomian Indonesia menjadi semakin baik dan semakin kokoh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H