Mohon tunggu...
Riefka Aulia
Riefka Aulia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

http://riefkaulia.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Oleh-oleh dari Pantai Camplong

4 September 2011   16:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:14 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pantai memang menjadi pilihan jitu sebagai hiburan, apalagi masa liburan akan segera berakhir. Akhirnya kami memilih Pantai Camplong. Pantai Camplong ini terletak di Kabupaten Sampang, Pulau Madura. Ketika setelah Anda memasuki pintu masuk, kanan-kiri jalan banyak pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya. Mulai dari mainan anak-anak, kaos sablon nama, makanan-minuman, dan aneka suvenir dari kerang-kerangan. [caption id="attachment_129533" align="aligncenter" width="300" caption="pedagang-pedagang yang berada di kanan-kiri jalan setelah pintu masuk"][/caption] [caption id="attachment_129535" align="aligncenter" width="300" caption="aneka hiasan kerang-kerangan"][/caption] Sebetulnya ke tempat ini, saya diajak oleh kakak-kakak saya dan juga bersama seorang keponakan. Maka tidak lengkap rasanya ketika ke tempat ini tidak menaiki perahu, hal pertama yang diucapkan kakak saya adalah ingin naik perahu! Nah ternyata perahu ini juga digunakan untuk melaut mencari ikan. Saat nelayan-nelayan ini tidak melaut, perahunya ditawarkan kepada para pelancong untuk melihat-melihat keadaan pantai hingga ke tengah yang ombaknya, hmm yaa lumayan mengocok perut dan membuat pusing. Menurut bapak nelayan yang perahunya ini kami naiki, di tengah laut ini terdapat batu-batu karang. Nah sayangnya, kenapa dasar perahunya tidak dilengkapi kaca, kalaupun tidak memungkinkan dapat membuat kotak kayu portable seukuran 40 x 40 cm yang dasarnya diberi kaca. Dan kanan-kirinya diberi tali tambang agar memudahkan pengunjung untuk mengangkat, jikalau ingin memindahkan kotak tersebut ke tempat yang diinginkan, atau sekedar memudahkan mengangkat kotak tersebut jika sudah tidak melewati area batu karang lagi. Setelah puas, entahlah berapa menit lamanya ada di tengah lautan, keponakan bermain-main di pinggir pantai. Selama menemani keponakan di tepi pantai ini, saya dan juga kakak-kakak saya banyak menemukan hal menarik. Diantaranya yaitu, pedagang makanan yang nongkrong di tepi pantai. Alhasil, makanan yang dibeli pengunjung dari pedagang makanan ini langsung dibuang begitu saja oleh pengunjung. Tapi tidak hanya itu, sampah plastik dan lain-lainnya bukan saja berasal dari pedagang makanan ini, yaitu karena bungkus makanan yang dibawa sendiri oleh pengunjung. [caption id="attachment_129538" align="aligncenter" width="300" caption="pedagang-pedagang di tepi pantai"][/caption] Saya dapat memahami kenapa mereka langsung membuang bungkus makanan ini begitu saja, salah satunya yaitu karena tidak adanya tempat sampah. Saya jeli jika melihat tempat sampah, tapi di tempat wisata ini saya tidak menemukan satupun. Jikapun ada, itupun tempat sampahnya milik pedagang. Jadi, janganlah kaget jika mata Anda dimanjakan oleh sampah-sampah yang berserakan di sini. Di jalan sepanjang menuju pantai, di dekat-dekat warung, padagang kaki lima, bahkan pantaipun juga tak luput dari bungkus makanan ini. Hal menarik lainnya yaitu, banyaknya binatang sejenis kepiting di tepi pantai. Pertama, kami heran sedang apa anak-anak yang jongkok dan mencongkel-congkel pasir. Saya penasaran, akhirnya saya bertanya pada anak kecil ini untuk apa setelah sekian banyak kepiting yang dia tangkap. Dia menjawab dengan entengnya, "nggak ada, mbak." GUBRAK! NGGAK ADA? Saya miris, bukannya kepiting ini dua bulan lagi besar dan melanjutkan aktivitasnya sebagai makhluk sebagaimana umumnya, tapi anak-anak ini dengan gesitnya menangkap kepiting dan kepitingnya dimasukkan ke botol atau gelas plastik minuman yang mereka pegang. Kakak saya penasaran, dia meminta dengan sopan kepada anak kecil ini. akhirnya si anak ini mau memberi pada kami. HORE! Lucu, ya! Dan tanpa sadar, kami terbawa kesenangan yang sama dengan anak-anak ini. Akhirnya.... lihatlah banyaknya kepiting yang kami tangkap -_-" Bungkus snack yang baru saja dimakan oleh kakak saya ini, dijadikan tempat sementara biar kepiting-kepiting ini tetap hidup. Saya hanya menangkap beberapa, sekitar empat bji, itupun yang terlintas di depan mata, bukan seperti lainnya yang mencari hingga menggali pasir pantai. Karena saya tahu kehidupan mereka keras jadi untuk apa saya menangkap mereka. Toh saya masih belum bisa mendapat alasan, untuk apa kepiting ini setelah ditangkap? Kalau nantinya dilepas lagi, lantas untuk apa sekarang ditangkap. Lagipula saya sebagai seksi dokumentasi dan logistik, jadi hanya sibuk potret ini-itu dan menjaga barang-barang yang dibawa daripada bersenang-senang menangkap kepiting -_-" Tak hanya itu, saya melihat kepiting yang mati karena dibunuh oleh anak kecil. Kronologisnya begini, (mungkin) karena melihat keluarga kami yang heboh sekali menangkap kepiting mungil ini, ada keluarga lain yang meniru, sehingga si kakak ini berinisiatif menangkap kepiting dan diberikan ke adiknya. Si adik kaget, dan teriak-teriak sambil memegang kepiting itu dan melemparnya. Kepiting tersebut tewas seketika meski kakinya sempat bergerak-gerak sedikit, hingga akhirnya terseret ombak dan terdampar di dekat kaki saya tanpa ada pergerakan sedikitpun dari kaki-kaki mungilnya. [caption id="attachment_129544" align="aligncenter" width="300" caption="R.I.P"][/caption] MAKIN MIRIS. Rest In Peace.. save flight, Ting. Ihiks... Setelah puas bermain-main di pantai, akhirnya ke kamar mandi bilas juga. Di tempat ini, kakak saya iseng bertanya pada ibu penjual jambu air yang sempat menjajakan dagangannya pada kami, beliau pun menjawab bahwa yang kami tangkap ini bukan kepiting, melainkan cè-gucèan. Entahlah apa namanya kalau diindonesiakan. Menurut penduduk lokal, jenis hewan yang mirip dengan kepiting ini dijadikan bahan baku terasi. Meski kami sempat skeptis, si ibu ini meyakinkan kami bahwa hewan ini dapat dimakan, sama sekali tidak beracun. Baiklah, lihat saja nanti... entah apa yang kakak saya lakukan kelak. Katanya mau dipelihara. Dan kesimpulannya.. Pantai Camplong ini indah, jika mereka tahu bagaimana bentuk kearifan lokal menjaga pantai termasuk makhluk hidup yang tinggal di sekitarnya. Pantai Camplong ini indah, jika mereka tahu arti pentingnya menjaga kebersihan. Saya pun yang terbiasa membuang tempat sampah di tempatnya, dan tadi tidak menemukan tempat sampah sempat frustasi dan jengkel. Plastik yang dibawa sudah penuh dengan makanan dan baju ganti, dan memang tidak diperuntukkan untuk sampah. Yah, mungkin lain kali harus membawa plastik untuk menampung sampah-sampah yang kami bawa dan membuangnya saat menemukan tempat sampah atau ironisnya malah sampah itu dibuang di tempat sampah rumah kita. Dimanapun Anda berada tetap bijaklah menjaga lingkungan. Cukuplah hari ini saya saja yang merasa sangat bersalah atas kejadian hari ini, mulai dari kepiting mungil itu dan sampah yang saya buang di bawah kursi depan kamar mandi bilas. [caption id="attachment_129545" align="aligncenter" width="300" caption="Dan perjalanan pun berakhir.."][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun