Mohon tunggu...
Riefka Aulia
Riefka Aulia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

http://riefkaulia.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Lain Bungkus, Lain Isi

30 November 2011   20:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:59 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu iseng saya meng-klik link detikfood tentang resep makanan ala Thailand, saya juga sudah lupa judul resepnya. Setelah dibaca, bahan-bahan yang disebut dengan cara membuat lain! Saya anggap itu human error. Dan ngga tertarik lagi untuk menyimak. Alih-alih menyimak, mengklik saja sudah enggan. Dan di pagi buta hari ini, saya melihat ada sesuatu yang aneh di linimasa:

Ternyata bukan human error. Pffft..

Entah bagaimana prosesnya di detikfood dalam "menyajikan" resep makanannya hingga dinikmati banyak orang. Dari yang saya lihat sih, mereka hanya tinggal "meminta" resep pada sebuah restoran/ rumah makan/ semacamnya. Dan gambar, tinggal mencari di internet. Tidak peduli itu sudah meminta ijin dari si empunya foto atau tidak.

Suatu bentuk ketidakprofesionalan. Hmmm..

Padahal, jika mereka niat ingin membagi resep hingga ucapan terima kasih dihujani pada mereka dari segala penjuru negeri yang membaca resepnya, ini pasti lebih keren! Sangat keren!

Dan saya teringat pada teman saya yang bekerja di sebuah publisher besar ternama di sini, ia menerima resep dari entah siapa, kemudian publisher ini meminta untuk menguji resepnya. Mati-matian ia dan team-nya menguji resep hingga nampak serupa dengan resep yang diberikan publisher. Setelah resep berhasil, makanan itu ditata dan difoto, selanjutnya dilayout sedemikian rupa dan akhirnya publisher ini mencetaknya.

"Pas uji resep emang rada horor. Beberapa resep banyak yang ngga sesuai. Jadi aku dan team juga ngasih masukan untuk resepnya, dan nantinya bisa ditulis juga kan di samping resepnya setelah di cetak sebagai tips biar kesalahan ngga mereka lakukan." begitu akunya.

Dan kalau boleh disimpulkan, detikfood ini sedikit agak memaksa. Ingin "terdepan" dalam menyajikan info resep, tapi tidak ada "nilai". Yah, tapi setidaknya sebuah usaha yang bagus. Berani dengan risiko yang ada: cercaan orang, sumpah serapah mereka yang tidak puas, bla bla bla.

Tapi apa harus dengan cara seperti ini, detikfood?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun