foto dari sini Adalah seorang "dagelan politik" yang banyak dibenci publik sekaligus ditunggu-tunggu kehadirannya yang tak lain adalah Ruhut Sitompul yang membuat saya korupsi waktu istirahat saya untuk mengutik-utik blog dan menuliskan ini. Lelaki yang tidak akan pernah dimasukkan dalam kategori "lelaki STw macho" (STW=Setengah TuWa) ini emang kontroversial sekali. Lalu maaf, kenapa saya menyebut beliau dengan sebutan "dagelan politik"? Karena lelaki kelahiran Medan ini setiap muncul pasti mengeluarkan statemen atau opini yang nyleneh, ya kalau enggak nyleneh ya nyaris gila lah. Sebenarnya enggak beda jauh dengan pemilik blog ini sih (lho?), cuma mungkin kadar kepekatannya (gilanya) beda. OMG! Dan adalah sebuah berita di sini dan di beberapa media online lainnya yang memberitakan bahwa tokoh media darling abu-abu yang satu ini memberikan dukungannya kepada pasangan capres nomor urut 2, Jokowi-Kalla. What??? Jadi orang yang selama ini memusuhi Jokowi mati-matian ini mendukung Jokowi? Iya. Wah, kalau begini saya harus mengakui bahwa Ruhut adalah politikus yang kompeten. Pertama, beliau konsisten berperan sebagai "dagelan politik". Kedua, beliau bisa menerawang calon bos baru yang (menurutnya) baik dan prospektif. Sekaligus ketiga, beliau masih bisa loyal terhadap calon ex bosnya. Tidak mudah untuk konsisten. Contohnya ya seperti saya sendiri. Kawan-kawan karib saya menunggu postingan saya di babungeblog atau share opini dan cerita lucu saya di FB, namun saya tak sanggup. Malah blog hiatus dan FB non aktif. Bahkan untuk sekedar meluangkan waktu satu jam untuk BW saja sedemikian berat, apalagi untuk posting. Padahal dulu getol banget mengkritisi sesuatu. Dan kalau lelaki yang pada 24 Maret lalu genap berumur nem jinah alias 60 tahun ini sanggup untuk konsisten menjadi -ya itu tadi seperti yang saya sebutkan tadi- itu adalah sebuah prestasi yang seharusnya diapresiasi. Jadi, mari bertepuk tangan sejenak untuk Mister Ruhut. "Plok! plok! plok..!" (applause) Oke, setelah tepuk tangan tadi selesai mari menilik SBY. Presiden dua putaran yang adalah (calon ex) bos dari Ruhut tak lama lagi akan lengser dan akan digantikan oleh entah pasangan Prabowo-Hatta atau JKW-Kalla. Ya pokoknya kalau enggak satu ya dua, gitu. Dan Ruhut yang mempunyai ilmu kebatinan yang dalam ini yakin bahwa "mister blusukan" akan menang. Sehingga (calon ex bos) SBY yang akan turun tahta ini sudah ada gambaran replacement-nya untuk kesinambungan apapun namanya itu. Dan bukankah with new employer we have to adjust ourself so that we can keep our job? (lihat sini) Jadi enggak usah ada istilah malu kalau dari anti pati menjadi cinta mati. Toh enggak cuma Ruhut yang berbuat demikian, iya to? Dulu partai-partai yang pada pileg Maret-April lalu saling berlomba memenangkan suara, toh akhirnya juga harus berbaik-baik kemudian berkoalisi. Saya baru sadar bahwa politik itu seperti kolor. Tarik ulur, memanjang lalu mengkerut kembali. Ya semoga saja tidak mengendur karena lupa akan apa sebenarnya tugas menjadi kolor itu. Betapa pandainya Ruhut karena bisa mencari bos baru tanpa memecat bos lama, dia masih bisa loyal terhadap SBY. Keberpihakannya pada JKW-Kalla yang "katanya" dikarenakan kecewa pada Prabowo yang pada debat capres kedua lalu menyebut bocor sepuluh kali dan juga karena tagline "Indonesia Hebat" yang diusung capres-cawapres nomer urut dua itu seolah sebagai bukti kesetiaannya pada SBY. Saat 95% petinggi-petinggi partai berlambang mercedes memberikan hatinya pada Prabowo, dia memberikan spermanya pada JKW. Ya meski spermanya nanti mandul, tidak berpengaruh apapun, toh tak ada yang dirugikan. Ruhut tetap Ruhut dengan gaya bicaranya yang seperti itu. Kalaupun dia kelepasan omong atau asal njeplak, itu tak akan mempengaruhi JKW-JK ataupun PDI-P. Ya, semua orang tahu kalau Ruhut itu ya..ya wis kaya ngono kuwi lah. Indonesia saat ini sedang gonjang-ganjing karena semangat dukung-mendukung yang sumuk. Sumuk, gerah karena orang-orang mendadak menjadi irrasional dalam memberikan dukungan kepada jagonya masing-masing. Ruhut bukan pengecualian. Pastilah dia ikutan sumuk demi untuk menunjukkan bahwa dia mendukung salam dua jari. Tapi ada yang mendadak membuat saya ngakak. Ruhut itu kok seperti Datuk Maringgih dalam Novel Siti Nurbaya ya? Tokoh antagonis yang di akhir cerita dihormati karena ikut berjuang demi tanah air. Lalu akankah Anis Baswedan berpelukan dengan Ruhut? Hehehe... So Mister Ruhut, selamat mendua! ----------------------------------------- Disclaimer: saya belum menjatuhkan pilihan saya pada capres-cawapres manapun, bukan pula berniat untuk golput. Tulisan ini saya buat tanpa niatan untuk menjatuhkan pasangan tertentu tetapi lebih untuk pembelajaran diri saya sendiri untuk mengenal lebih (dalam) tentang capres-cawapres tersebut. Mungkin saat ini saya menyentil Ruhut, bisa jadi besok giliran Jokowi lalu lusa giliran Prabowo. Semua capres tak ada yang sempurna, pun saya tidak sedang mencari yang sempurna tapi lebih melihat kecondongan atau keberpihakan capres-cawapres terhadap saya, kami, yang adalah WNI dari komunitas babu ekspor. Postingan-postingan ini dan selanjutnya (yang berhubungan dengan pilpres) sekaligus untuk memberi kritik, pertanyaan dan harapan pada capres-cawapres (nek diwaca lho).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H