Mohon tunggu...
rie braling
rie braling Mohon Tunggu... -

Proses menuju Progres

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Gara-gara Kaos: Refleksi Konflik Pesepakbolaan Nasional

9 Maret 2013   15:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:03 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="http://duabadai.multiply.com/photos/photo/134/1"][/caption]

GARA-GARA KAOS : REFLEKSI KONFLIK PESEPAKBOLAAN NASIONAL

Miris memang melihat kondisi pesepakbolaan nasional. Di tengah ketidakpastian nasib dunia sepakbola kita, harapan ke arah lebih baik seakan tinggal harapan. Para elit masih sibuk mempertontonkan sandiwara perebutan kekuasaan. Imbasnya, pemain dan suporterlah yang menjadi korban sesungguhnya dari polah tingkah mereka.

Porak-porandanya bangunan sepakbola nasional adalah wujud nyata konflik yang berkepanjangan. Penegakan aturan yang tebang pilih, pengangkangan statuta, serta sikap arogansi sebagian kelompok menjadi santapan sehari-hari. Seakan negeri ini dibangun berdasar hukum rimba. Siapa yang kuat dialah yang menang.

Dalam hukum rimba, saling sikat, saling tindas, saling pukul adalah hal Wajar. Tontonan tersebut juga menjangkiti suporter yang notabene menjadi pengawal dan benteng dari para perusak sepakbola. Sudah tidak terhitung lagi korban sia-sia yang jatuh akibat ulah tidak bertanggung jawab sebagian oknum suporter. Harta, benda bahkan nyawa melayang menjadi cerminan betapa amburadulnya dunia sepakbola yang kita banggakan. Dan semuanya gara-gara KAOS (baca atribut, identitas,).

Kaos sejatinya digunakan untuk melindungi tubuh kita. Baik dari panas dan dinginya cuaca. Dalam sepakbola, kaos digunakan sebagai identitas dan pembeda sebuah kesebelasan. Oleh suporter, kaos dipakai sebagai wujud dukungan kepada tim kesayangan.

Namun apa yang terjadi??? Kaos juga bisa menjadi asal muasal musibah. Tentunya kita tidak Lupa beberapa kejadian menyedihkan beberapa waktu yang lalu. Tiga nyawa melayang di GBK saat pertandingan Persib versus Persija. Lalu seorang bocah yang dikeroyok akibat menggunakan kaos tim tertentu. Juga nasib seorang pengendara sepeda motor yang meregang nyawa gara-gara plat nomor kendaraanya berplat kota tertentu. Dan kerusuhan antar suporter akibat fanatisme sempit terhadap KAOS. Semuanya gara-gara KAOS.

Lagi-lagi KAOS memakan korban. Terasa belum kering air mata ini, kembali kita terhenyak oleh kabar meninggalnya Erik Setiawan akibat dikeroyok oknum supporter klub Aremania. Usut punya usut, kematian Erik Setiawan karena almarhum menggunakan kaos Bonek yang menjadi identitas kebanggan klub Persebaya Surabaya.

Miris memang. Tapi inilah kenyataan. Tidak bisa dipungkiri bahwa fanatisme terhadap sebuah klub menjadi alasan pembenaran sebuah tindakan. Kalau dalam hal positif sudah sepatutnya kita mendukung. Tetapi apakah kita akan meWAJARkan tindakan tersebut apabila sudah menjurus ke arah perilaku brutal dan sadis??? Tentu tidak bukan???!!!

Kita semua berharap, bahwa kejadian ini adalah yang terakhir. Sebagai bangsa yang berbudaya, sudah saatnya kita buang jauh-jauh perilaku merugikan tersebut. Mari kenakan KAOS persatuan dan kesatuan yang mencerminkan kita sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai Kemanusiaan. Dan jadikan perbedaan KAOS sebagai pemanis di tengah hingar-bingar kompetisi (ISL & IPL) yang ada.

***

Mari kita tanggalkan KAOS lama kita. KAOS yang penuh dengan egoisme, ambisi kekuasaan, kepentingan kelompok dan bercak darah tak berdosa. Kita ganti dengan KAOS merah putih guna memberikan yang terbaik bagi kemajuan pesepakbolaan nasional (Timnas dan PSSI).

***Ditulis khusus berdasarkan keprihatinan atas kematian Erik Setiawan dan konflik yang melanda pesepakbolaan nasional pada umumnya.

Bravo Timnas!!!

Bravo PSSI!!!

Banyumas, 09 Maret 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun