Tidak dapat kita pungkiri, lingkungan kerja, rekan kantor adalah suatu hal yang yang menjadi penentu kenyamanan dalam bekerja atau tidak. Jika memang sudah dirasa mentok dan tidak lagi sanggup menahan diri, menghindarinya adalah jalan keluar dan jalan terkahir yang paling tepat untuk diambil.
Akan tetapi, patut untuk diingat bahwa resign atau mengundurkan diri adalah jalan terkahir, bukan jalan satu-satunya. Tidak sedikit solusi untuk menyikapi lingkungan kerja yang toksik, seperti mengadu pada atasan, berdamai dengan diri sendiri, membuka dialog dengan orang yang bersangkutan, meminta saran pada orang bijak, dll.Â
Resign bukanlah satu-satunya pilihan, ada banyak sekali pilihan solusi untuk dilakukan saat menghadapi lingkungan kerja yang toksik.
Yang paling utama adalah memahami dan menata diri sendiri bahwa orang-orang yang tidak menyenangkan akan ada di mana saja dan kapan saja – bahkan di rumah sekalipun. Menjadi persoalan utama, apakah kita bersedia terus-menerus terbawa arus emosi menanggapi orang seperti itu? Atau kita membiarkannya saja hingga orangnya lelah sendiri. Sebab, orang-orang yang tidak menyenangkan adalah hal-hal di luar kendali kita, sekarang fokuslah pada hal yang ada pada kendali kita – diri kita sendiri. Kitalah yang bisa mengatur sedemikian rupa akan sakit hati atau tidak saat mendengar ucapan orang lain, kita sendirilah yang mengatur akan terbawa emosi saat mendapatkan perilaku tidak mengenakkan dari orang lain.
Kunci utamanya adalah menahan diri dan sabar, semoga kita senantiasa menjadi manusia yang tabah, bijak, dan arif dalam menyikapi berbagai persoalan dalam kehidupan, terutama lingkungan kera yang toksik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H