Mohon tunggu...
Ridzki Januar Akbar
Ridzki Januar Akbar Mohon Tunggu... -

-Alumni Perencanaan Wilayah dan Kota ITB angkatan 2008\r\n-Peserta Program Pertukaran Pemuda Indonesia-Kanada 2010-2011\r\n-Project Supervisor Program Pertukaran Pemuda Indonesia-Kanada 2013-2014

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menikmati Pesona Sumatera: Wisata Napak Tilas Tsunami Aceh (7)

27 Juli 2015   21:11 Diperbarui: 27 Juli 2015   21:15 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami sampai di Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh pada sekitar Pukul 15.00 WIB, bertepatan dengan waktu Sholat Ashar. Setelah menunggu, kami dijemput kawan kami untuk berkeliling banda Aceh dengan menggunakan mobilnya. Tujuan pertama adalah Sholat Ashar di Mesjid Raya Baiturrahim, yaitu Mesjid yang berada dekat dengan Pelabuhan. Mesjid ini menjadi salah satu dari sekian banyak Mesjid di Banda Aceh yang menjadi saksi terjadinya Bencana Tsunami Aceh tahun 2004 yang lalu. Mesjid ini tetap berdiri tegak diantara hantaman tsunami. Bisa dibandingkan Mesjid raya Baiturrahim pada saat pasca tsunami dan saat ini. Masya Allah.

[caption caption="Mesjid Raya Baiturrahim"][/caption]

[caption caption="Mesjid Raya Baiturrahim Pasca Tsunami (Sumber: jalalan2.com)"]

[/caption]

Setelah menjalankan ibada Sholat Ashar, kami diajak Kawan untuk mengunjungi Situs PLTD Apung yang sekarang direnovasi menjadi taman. Pada saat terjadi Tsunami Kapal PLTD Apung yang beratnya 2.600 Ton ini terseret sejauh 5 km dari lokasinya, di kawasan Pantai Ulee Lheue. Saat ini PLTD Apung menjadi salah satu lokasi wisata favorit di Banda Aceh dan cocok untuk dinikmati saat sore hari ketika matahari sudah tidak terlalu terik. Wisatawan dapat menaiki Kapal dan melihat suasana Kota Banda Aceh melalui teropong yang terdapat di atas kapal. Selain itu, di sekitar komplek Wisata PLTD Apung ini juga terdapat terdapat instalasi peringatan Peristiwa Tsunami, dan juga sisa - sisa bangunan rumah yang sengaja dibiarkan berada disana. Setelah menikmati sore hari di PLTD Apung, kami diajak menikmati lezatnya makanan khas Aceh di Rumah Makan Mie Razali. Di Rumah Makan Mie Razali Aceh kami memesan Mie Aceh, Martabak Aceh, dan juga Roti Canai yang memang khas berasal dari Aceh. Makanan terasa sangat lezat, ditambah kami juga yang sangat lapar.

[caption caption="Kapal PLTD Apung"]

[/caption]

Selanjutnya kami Sholat Maghrib di Mesjid Raya Baiturrahman. Mesjid ini pernah digunakan para warga untuk berlindung dari terjangan hebat tsunami. Pada saat sore hari itu kondisi Mesjid Raya Baiturrahman sangat penuh oleh pengunjung juga pedagang. Harap berhati-hati menyimpan sendal ketika Sholat di sini, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Setelah Sholat kami menyempatkan diri untuk berfoto karena Mesjid raya Baiturrahman ini adalah Ikon Kota Banda Aceh. Lokasi Mesjid ini berada di tengah kota, sehingga di sekitarnya terdapat banyak pedagang yang menjual souvenir dan oleh-oleh khas Banda Aceh. Saya juga menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh. Salah satu toko yang saya kunjungi adala Piyoh, toko yang menjual Tshirt dengan desain khasi Aceh, Bros Pintu Aceh, Jepit Dasi Berbentuk Rencong, dan souvenir khas lainnya. Harga yang ditawarkan juga tidak terlalu mahal. Saya juga membeli Socolato, hot chocolate khas Aceh untuk oleh-oleh. Setelah puas berbelanja kami memesan penginapan di Dekat Mesjid Baiturrahman. Hotel (saya lupa namanya) hanya berjarak 10 menit berjalan kaki dari Mesjid Baiturrahman ini menawarkan harga yang cukup terjangkau, Sekamar berisi 4 Single Bed dengan hanya kurang lebih Rp 300.000 per malam. Kami pun beristirahat karena esok hari akan melanjutkan keliling Banda Aceh.

Hari selanjutnya kami mulai dengan sholat subuh di Mesjid Raya Baiturrahman, yang berlokasi sangat dekat dengan penginapan kami. Kali ini Mesjid Raya begitu sepi. Kami pun dapat dengan leluasa berkeliling Mesjid Raya juga melihat Menara Mesjid Raya yang saat ini berdiri agak miring, akibat terjangan tsunami. Di komplek Mesjid Raya Baiturrahman ini juga terdapat sebuah monumen kecil sebagai peringatan ditembaknya Mayjen Khohler saat memimpin serangan Belanda pada tahun 1873. Memang pada masa itu Mesjid Raya Baiturrahman merupakan markas pertahanan rakyat Aceh dalam melawan penjajah.

 

[caption caption="Mesjid Raya Baiturrahman"]

[/caption]

[caption caption="Mesjid Raya Baiturrahman Siang Hari"]

[/caption]

Di pagi hari kami mengunjungi warung kopi khas banda Aceh, yaitu Kopi Solong. Kopi yang terkenal adalah Kopi Sanger, rasanya seperti cappucino tetapi lebih segar. Susah untuk menjelaskan rasanya. Lebih baik disantap sendiri. :) Objek wisata selanjutnya yang wajib dikunjungi di Banda Aceh tentunya adalah Museum Tsunami yang dibangun untuk memperingati peristiwa Bancana Tsunami yang memakan ribuan korban jiwa. Museum ini didesain oleh arsitek yang saat ini menjadi Walikota Bandung, Ridwan Kamil. Di Museum Tsunami, kami berkeliling melihat foto dan video peristiwa dan pasca tsunami. Di Museum ini terdapat suatu ruangan berbentuk silinder yang berisi nama-nama korban bencana Tsunami, dengan pencahayaan yang sangat baik, sehingga suasana yang ditimbulkan adalah suasana haru dan khidmat. Yang tidak kalah menarik juga terdapat benda-benda yang dalam kondisisudah tidak sempurna ditampilkan dalam museum, seperti Helikopter milik Polri, Jam yang menunjukkan Pukul 8.16 AM, waktu dimana bencana tsunami terjadi pada tahun 2004. 

[caption caption="Museum Tsunami Aceh"]

[/caption]

[caption caption="Memorial Hall di Museum Tsunami Aceh"]

[/caption]

Di sebelah Museum Tsunami terdapat Komplek Pemakaman Tentara Belanda. Perawatan Pemakaman ini dibiayai oleh Pemerintah Belanda hingga kini, sehingga komplek pemakaman ini terawat dan menjadi salah satu lokasi wisata di banda Aceh.

[caption caption="Taman Pemakaman Kerkhorf di Sebelah Museum Tsunami Aceh"]

[/caption]

Situs peringatan tsunami lain yang kami kunjungi adalah Kapal Apung Lampulo, yaitu kapal yang saat ini berda di atap sebuah reruntuhan rumah. Kapal tersebut pada saat terjadinya bencana ikut terseret arus dengan beberapa awak kapal yang berada di atasnya. Awak kapal tersebut selamat dari bencana yang melanda.Selain itu terdapat juga Taman Aceh Thanks to The World sebagai bentuk terima kasih Aceh kepada dunia yang telah membantu merehabilitasi wilayah dan penduduknya pasca tsunami. Tidak terasa hari sudah mulai sore, pertanda kami harus bergegas menuju Bandara untuk pulang ke Jakarta. 

[caption caption="Kapal Apung Lampulo"]

[/caption]

[caption caption="Taman Aceh Thanks To The World"]

[/caption]

Dalam perjalanan menuju Bandara kami juga melewati taman pemakaman massal korban tsunami. Berdasarkan keterangan teman saya, pemakanan ini banyak dikunjungi peziarah khususnya pada waktu peringatan bencana tahunan. Terdapat quotes yang bermakna sangat dalam di komplek pemakansn tersebut.

[caption caption="Quotes Bermakna di Salah Satu Pemakaman Massal"]

[/caption]

Sampailah kami harus kembali ke Jakarta untuk pulang. Perjalanan selama 9 hari yang berawal dari Padang berakhir di Banda Aceh. Setiap daerah yang kami kunjungi menawarkan objek wisata yang menarik dan beragam. Banda Aceh menutup perjalanan kami dengan suguhan wisata religius, makanan yang khas, serta napak tilas bencana Tsunami yang selalu mengingatkan akan kekuasaan Allah SWT.

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun