Wahai yang bermuram durja
Berhentilah sejenak dari ratapanmu
Bukalah matamu, tengoklah aku sang kupu-kupu
lambang metamorfosa kehidupan
Ayolah,
Akan kuajak kau berkelana
Menari-nari dalam kepakan irama dan belaian tiupan angin
Bercengkrama dengan keharuman bunga bunga aneka warna
Takjubkah kau pada rupaku
Atau pada warna warni lukisan di sayapku
Jika kau benar mengaguminya
Kuminta kau juga jangan cepat lupa
Bahwa aku berasal dari ulat yang menjijikan itu
Bersembunyi dari cibiran dan kejaran pemangsa
Berlindung tak berdaya dalam rumah kepongpong yang rapuh
Itulah pengalaman yang ngin kuceritakan kepadamu
Siapa tahu ini mungkin bisa menjadi pelipur kesedihanmu
Atau jika kau masih tak tertarik
Kumohon sebentar saja memperhatikanku
Demi umurku yang hanya beberapa hari saja
Aku memang hanya makhluk yang kecil dan lemah
Tapi kuingin kau melihat karya kehidupanku
Akulah yang ada pada keindahan bunga bunga yang kau sirami
Pada keranuman buah buahan yang kau nikmati
Jika suatu saat kau melihat kokohnya tanaman dan tegarnya pepohonan
Itulah karya warisan yang kupersembahkan untuk kehidupanmu.
Wahai sahabatku,
Yang telah menemani hari terakhirku
Terima kasih jika kau menilai usia singkatku tidak sia sia.
Karena inilah yang diperintah oleh Tuhan pemberi hidupku
Esok pagi mungkin kau sudah tak bisa melihatku lagi
Sementara kau tetap melanjutkan hari-harimu yang masih panjang
Betapa sempurnanya rupa dan kedudukanmu
Akal dan budipekerti yang telah dianugerahkan hanya kepadamu
Kubayangkan kau bisa berbuat apasaja yang kau kehendaki
Sebanding ribuan hari hari yang kau miliki
Ah, betapa kubayangkan pula
Warna warni kehidupan yang bisa kau beri
Di seluruh negeri yang kau jelajahi
Seperti taman taman sorgawi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H