Mohon tunggu...
Ridwan Sank
Ridwan Sank Mohon Tunggu... Konsultan - Ridwan Sank Hipnovator

Ridwan Sank adalah seorang Penulis Buku, Public Trainer & Hipnoterapis, juga Founder TEH (The Ethnic Hypnoaura) yaitu Mesmerisme Aura Ala Sunda . Silahkan kunjungi web saya www.ridwansank.co.id, WA/Telp. 081310831118

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Orang Sunda, Masih Ada?

18 Desember 2014   13:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:04 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Seperti tamu di rumah sendiri" mungkin ini ungkapan pas yang saya alami di hari Rebo Nyunda siang tadi.
Ada kisah menarik saat saya pakai baju pangsi tadi di kota Bogor, mulai dari saya makan Laksa di jl. Sudirman sampai dengan saat jalan bertiga di sepanjang jl.Kapten Muslihat, hampir semua orang yang lewat terus menatap dan keheranan. Entah karena baju pangsi nya, entah karena dikira saya artis sinetron . Bahkan ada yang membuat saya tertawa sendiri, ketika saya coba baca pikiran diantara mereka, ada yang berbicara dalam hatinya " ini orang, paranormal kah?"
Ironis memang, walaupun Bogor adalah puseur Pajajaran, baru segelintir masyarakat Bogor yang memahami budaya Sunda, baik itu filosofi urang Sunda, simbol2 nya, maupun keseniannya, jadi bila ada masyarakat Bogor masih belum memiliki sense of belonging terhadap budaya Sunda, bukan lagi sesuatu yang harus ditutupi, karena itu memang fakta yang terjadi.

Bila saja ada survey yang dilakukan untuk warga Bogor hari ini, saya yakin hasilnya adalah, kurang dari separuh urang Bogor belum mengetahui adanya Rebo Nyunda di Bogor.
Maka jangan kaget bila sebagian urang Bogor masih merasa asing dengan segala hal yang berkaitan dengan budaya Sunda, contohya adalah baju pangsi yang biasa dipakai oleh kaum pria Sunda, tak jarang urang Sunda sendiri yang menganggap bahwa orang yang memakai baju pangsi adalah "dukun", dan ini jelas persepsi yang sangat salah.


Berdasarkan fakta yang ada, sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk "ngamumule budaya Sunda" menanamkan kebanggaan terhadap budayanya sendiri.
Orang Sunda memiliki filosofi hidup silih asah, silih asih, silih asuh. filosofi ini, kalau ditafsirkan kepada teori Benjamin S. Bloom dalam bukunyaTaxonomy of Education of Objectives, Cognitive Domain (1959), dapat disejajarkan dengan ranah kognitif, afektif, dan konatif, sehingga filosofi ini sudah seharusnya diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.


Inget urang Sunda teh masih aya, sok geura hararudang, sok nanjeur saluyu sareng widang profesina masing-masing !
Lamun lain urang, saha deui ?
Lamun lain ayeuna, iraha deui ?

JIG PRAK !

www.ridwansank.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun