Jamur ganoderma sawit adalah salah satu jenis jamur yang dapat menyebabkan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit. Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menurunkan produksi dan menyebabkan kematian tanaman.Â
Penyakit ini juga sulit untuk dikendalikan karena jamur ganoderma sawit dapat bertahan hidup di dalam tanah dan menyebar melalui spora, kontak akar, angin, dan serangga. Oleh karena itu, penting bagi petani sawit untuk mengetahui definisi, morfologi, taksonomi, gejala, cara penyebaran, dan cara pencegahan penyakit ganoderma sawit.
Definisi Jamur Ganoderma Sawit
Jamur ganoderma sawit adalah jamur yang termasuk dalam kelas Basidiomycetes, ordo Polyporales, dan famili Ganodermataceae. Jamur ini memiliki tubuh buah yang berbentuk kipas, cakram, atau konsol, dengan permukaan atas yang berwarna coklat, merah, atau hitam, dan permukaan bawah yang berwarna putih atau krem.Â
Jamur ini dapat menghasilkan spora yang berbentuk elips, hialin, dan berdinding tipis. Jamur ini juga memiliki hifa yang bersekat-sekat dan bercabang-cabang.
Jamur ganoderma sawit adalah jamur parasitik dan saprofitik, yang artinya dapat hidup dengan menyerang tanaman hidup atau membusukkan bahan organik mati. Jamur ini dapat menginfeksi tanaman kelapa sawit dengan cara masuk melalui luka pada batang atau akar.Â
Jamur ini dapat menghancurkan lignin, yaitu senyawa yang memberi kekuatan dan kekakuan pada dinding sel tanaman. Akibatnya, tanaman kelapa sawit mengalami busuk pangkal batang, yang ditandai dengan adanya lubang, retakan, atau busa pada batang.Â
Tanaman kelapa sawit yang terserang jamur ganoderma sawit juga mengalami gejala lain, seperti layu, klorosis, nekrosis, dan kematian.
Morfologi dan Taksonomi Ganoderma Sawit
Jamur ganoderma sawit memiliki beberapa spesies yang dapat menyerang tanaman kelapa sawit, yaitu Ganoderma boninense, Ganoderma zonatum, Ganoderma orbiforme, Ganoderma miniatocinctum, dan Ganoderma pseudoferreum.Â
Spesies yang paling umum dan berbahaya adalah Ganoderma boninense, yang banyak ditemukan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Spesies ini memiliki tubuh buah yang berbentuk konsol, dengan diameter 5-30 cm, tebal 1-5 cm, dan berat 50-500 g.Â
Permukaan atas tubuh buah berwarna coklat gelap, dengan garis-garis konsentris yang berwarna lebih terang. Permukaan bawah tubuh buah berwarna putih, dengan pori-pori yang berukuran 4-6 per mm. Spora yang dihasilkan berukuran 8-12 x 5-7 mikron, berbentuk elips, dan berwarna hialin.