Mohon tunggu...
Ridwan Prayogi
Ridwan Prayogi Mohon Tunggu... Lainnya - Statistisi Ahli Pertama BPS Kabupaten Kepulauan Sula

Sanana

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cegah Stunting Itu Penting

10 Agustus 2021   20:24 Diperbarui: 10 Agustus 2021   21:11 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hari Gizi Nasional diperingati setiap tanggal 25 Januari. Peringatan ini sebagai bentuk upaya mengkampanyekan kesadaran gizi di tengah masyakarat. Topik nutrisi 1.000 hari pertama anak menjadi topik penting yang akan dibahas karena bisa mencegah stunting atau gagal tumbuh pada anak.

Indonesia saat ini mempunyai masalah triple burden, yaitu stunting dan wasting, obesitas dan kekurangan zat gizi mikro seperti anemia. Terdapat 3 diantara 10 balita stunting, 1 diantara 10 balita wasting, 1 diantara 10 balita obesitas dan 1 diantara 2 ibu hamil anemia serta 3 diantara 10 remaja anemia (Riskesdas 2013 -- 2018).

Dari beberapa masalah di atas, stunting menjadi isu yang paling ramai diperbincangkan dan diberitakan pada berbagai kesempatan. Secara tidak langsung, masalah stunting memang menyangkut harga diri bangsa. Bagaimana tidak, ditengah upaya menuju negara maju, data yang dipublikasikan Unicef (United Nations Children's Fund) 2017 menempatkan Indonesia sebagai negara peringkat kedua se-ASEAN dengan prevalensi stunting tertinggi, yakni 36,4%.

Tak heran jika pada saat periode Pilpres 2019 lalu, masalah stunting menjadi sorotan kedua Paslon. Kemudian dalam pidato yang disampaikan oleh Presiden terpilih Joko Widodo, disebutkan bahwa titik dimulainya pembangunan SDM dimulai dari usaha untuk menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, balita, dan anak usia sekolah. 

Tidak lupa, Presiden menekankan upaya penanganan stunting dan upaya untuk mengatasi kematian ibu dan bayi. Agenda prioritas yang disusun pemerintah ini tentu sejalan dengan upaya untuk mencapai berbagai tujuan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).

Itulah mengapa Presiden Joko Widodo saat mengumumkan dr. Terawan sebagai Menteri Kesehatan, secara tegas menyebut masalah stunting akan menjadi salah satu prioritas utama yang harus diselesaikan. Tentu ini bukan tantangan mudah bagi Menkes yang baru, tapi juga bukan hal yang tak mungkin diselesaikan.

Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, Stunting atau kerdil adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umurnya. World Health Organization (WHO) menjelaskan, kondisi gagal tumbuh ini terjadi akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang. Kedua faktor penyebab ini dapat dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak memadai terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). 

Periode 1.000 HPK yang meliputi 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pertama setelah bayi dilahirkan merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan. Apabila mengalami masalah gizi pada periode tersebut, anak akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.

Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Kesehatan telah melakukan Integrasi Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2019 dan SSGBI 2019 untuk mengetahui prevalensi balita stunting. Pada tahun 2019 diketahui prevalensi balita stunting Indonesia sebesar 27,7% atau dengan kata lain 28 dari 100 balita menderita stunting, lumayan turun dari angka 30,8% pada Riskesdas 2018. Sedangkan WHO menetapkan batas toleransi stunting maksimal 20% dari jumlah keseluruhan balita. Dengan demikian, Indonesia masih jauh di bawah standar WHO.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab utama terjadinya stunting pada anak. Pertama dan yang paling utama adalah kurangnya asupan nutrisi dari makanan yang dikonsumsi oleh si anak sejak dalam kandungan. Kedua, pola asuh orang tua yang tidak memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. 

Ketiga, kurangnya kesadaran akan kebersihan dan pola hidup sehat. Ketiga faktor di atas diyakini menjadi penyebab tingginya angka stunting di Indonesia. Hal ini didukung oleh beberapa fakta bahwa 1 dari 3 ibu hamil di Indonesia mengalami anemia. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya asupan gizi dan kurangnya suplemen zat besi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun