Mohon tunggu...
ridwanpadilah
ridwanpadilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa biasa

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tisu Basah dan Pendakian: Kebiasaan yang Harus Ditinggalkan untuk Melindungin Keindahan Gunung

8 Januari 2025   22:00 Diperbarui: 8 Januari 2025   22:00 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Merapi (Sumber Foto: Ridwan Padilah, Mei 2024)

Kebiasaan Lama yang Menjadi Ancaman Baru.

Kebiasaan membawa tisu basah saat mendaki gunung masih sering dilakukan oleh para pendaki. Meski terlihat praktis, tisu basah sebenarnya menyimpan ancaman besar bagi lingkungan. Di balik kemudahan yang ditawarkan, tisu basah memerlukan waktu yang sangat lama untuk terurai di alam, merusak keindahan gunung yang menjadi tempat favorit para pencinta alam.

Berdasarkan laporan dari beberapa komunitas pendaki, seperti yang diunggah oleh akun Instagram @cakrawala_adventure_official pada 1 November 2023, disebutkan bahwa "tisu basah menjadi salah satu ancaman terbesar bagi kelestarian gunung, karena tisu basah terbuat dari bahan material spunlace non-woven fabric yang berbahan dasar polimer turunan plastik. Polimer yang sering digunakan untuk membuat tisu basah adalah jenis polyester (PET), polypropylene (PP), dan viscose. Ketiga material ini sangat sulit terdegradasi secara alami oleh alam. Apabila tisu basah kamu buang sembarangan, tisu basah tidak akan terkomposisi menjadi kompos. Alhasil, area camping ground yang penuh sampah tisu basah bisa menjadi kawasan kumuh dan sumber penyakit."

Contoh Tisu Basah yang Dibuang Sembarangan (Sumber Foto: Ridwan Padilah)
Contoh Tisu Basah yang Dibuang Sembarangan (Sumber Foto: Ridwan Padilah)

Fakta Mengenai Kebiasaan yang Merusak.

Alasan lain mengapa tisu basah dilarang di gunung adalah kebiasaan pendaki yang sering membuang tisu basah secara sembarangan. Biasanya, pendaki menggunakan tisu basah setelah buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK). Karena merasa hajatnya sudah selesai, mereka sering membuang tisu basah yang kotor di area tersebut tanpa memikirkan dampaknya lebih jauh. Banyak yang keliru berpikir bahwa tisu basah mudah terbakar dan terurai di alam, padahal kenyataannya tidak demikian. Senyawa plastik seperti polyester (PET), polypropylene (PP), dan viscose yang digunakan dalam tisu basah tidak bisa terurai oleh cacing, bakteri pembusuk, maupun rayap. Bahkan, remah-remah tisu basah yang sudah disobek tetap tidak bisa terurai di alam.

Lebih dari itu, komunitas tersebut juga menyoroti sampah lain yang sering ditemukan di gunung, seperti plastik, botol dan kaleng minuman, serta puntung rokok. Sampah-sampah ini menjadi masalah besar yang memengaruhi keindahan dan kelestarian lingkungan pendakian.

Alternatif Ramah Lingkungan.

Untuk mengatasi masalah ini, pendaki dianjurkan untuk menggunakan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya adalah membawa kain kecil yang dapat dicuci dan digunakan kembali. Selain itu, penggunaan tisu kering yang lebih mudah terurai juga bisa menjadi solusi praktis yang tidak membahayakan lingkungan.

Penerapan prinsip Leave No Trace (tidak meninggalkan jejak apa pun di alam) menjadi panduan penting yang harus dipegang teguh oleh setiap pendaki. Prinsip ini tidak hanya melarang membuang sampah sembarangan, tetapi juga mendorong setiap individu untuk meminimalkan dampaknya terhadap lingkungan. Dengan demikian, setiap pendaki dapat berkontribusi dalam menjaga kelestarian gunung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun